Nasional

Komunitas Musisi Mengaji: Mari Berkaca Diri Sebelum Menghakimi

Kam, 31 Oktober 2019 | 13:20 WIB

Komunitas Musisi Mengaji: Mari Berkaca Diri Sebelum Menghakimi

Suasana pengajian yang dilaksanakan Komunitas Musisi Mengaji. (Foto NU Online/Syakir NF)

Jakarta, NU Online 
Komunitas Musisi Mengaji (Komuji) Jakarta mengadakan kegiatan rutin bertajuk Picnikcustik di selasar gedung Medco Ampera, Jakarta, Selatan Rabu (30/10) malam. Pada kegiatan kali ini, komunitas tersebut mengambil tema pengajian Saleh Tanpa Menghakimi dengan mengundang dua narasumber yaitu Ulil Abshar Abdalla dan Syakdiyah Ma’ruf. 

Menurut Ketua Komuji Jakarta Kikan Namara, tema tersebut bukan ditujukan kepada mana pun, tapi kepada komunitasnya sendiri, yakni mengajak untuk sedari dini merefleksi diri sendiri dan tidak melakukan penghakiman kepada orang atau kelompok mana pun. 

“Sebenarnya jika ditanya tema itu apakah memilih respons meningkatnya terjadi penghakiman di sosial media, sebenarnya kita justru lebih cenderung segala sesuatu apa-apa melihat diri sendiri terlebih dahulu,” katanya di sela kegiatan tersebut. 

Kikan menanyakan, kalau kita melihat orang lain melakukan penghakiman, apakah kita tidak melakukannya? Jangan-jangan kita juga melakukan hal sama. 

“Tema malam ini lebih kepada koreksi diri sendiri,” katanya sembari menambahakan, kalau tema tersebut ditujukan kepada orang atau kelompok yang melakukan penghakiman, ujung-ujungnya akan jatuh kepada hal yang sama, yakni melakukan penghakiman juga. 

“Kalau kita menyatakan ‘ah, kelompok mereka itu suka melakukan penghakiman’, (pada saat yang sama, kita juga menghakimi,” jelasnya. 

Menurut Kikan, jadi, tema tersebut tidak dibawa-bawa kemana-mana, melainkan kepada diri sendiri. 

Komuji Jakarta, menurut Kikan, berupaya untuk menjadi ruang bagi semua kalangan untuk bersama-sama belajar. 

“Gairah mempelajari agama lagi naik, ini tren positif,” katanya. Tren ini, menurut Kikan terjadi di kalangan anak muda dan para artis. Komuji Jakarta, ingin menangkap tren ini dengan setelah mempelajari agama, bisa menghormati setiap perbedaan yang ada. 

Ulil Abshar Abdalla pada kesempatan tersebut memberikan resep agar kita tidak terjebak menghakimi oranga lain dengan berkaca pada pendapat Imam Syafi’i. 

"Ketika aku berpendapat saya berprinsip pendapatku ini benar, tapi mungkin salah. Sementara pendapat lawan saya yakini salah, tapi mungkin benar," katanya. 

Dengan pernyataan seperti itu, Imam Syafi'i mempunyai keraguan terhadap kebenaran yang diyakininya dan sekaligus meragukan kebenaran yang diyakini oleh lawannya. 

Pewarta: Abdullah Alawi
Editor: Fathoni Ahmad