Nasional KONBES KE-16 FATAYAT NU

Konbes Fatayat NU Soroti Masalah Strategis Perempuan

Kam, 26 April 2018 | 17:50 WIB

Konbes Fatayat NU Soroti Masalah Strategis Perempuan

Pembukaan Konbes Fatayat NU ke-16 dengan penabuhan tifa

Ambon, NU Online 
Pimpinan Pusat Fatayat Nahdlatul Ulama (PP Fatayat NU) menggelar Konferensi Besar (Konbes) ke-16 di Ambon, Maluku pada 25-30 April 2018. 

Konbes Fatayat digelar dengan tujuan merumuskan jalan keluar bagi masalah strategis yang dihadapi oleh wanita Indonesia, mulai persoalan akses perempuan terhadap ruang publik dan politik, pendidikan untuk perempuan, pemberdayaan ekonomi perempuan, hingga perlindungan terhadap hak kesehatan bagi perempuan.

Melalui tema besar Rejuvinasi Gerakan Perempuan dari Timur Indonesia, Konbes diharapkan memunculkan jalan keluar terhadap persoalan kebangsaan yang kerap membelit kelompok perempuan. 

Kendati Fatayat NU telah hidup dan mengabdi pada Indonesia selama 68 tahun, namun ketua Umum Fatayat NU Anggia Ermarini menilai masih banyak pekerjaan rumah yang menjadi tanggung jawab Fatayat NU.

Tema rejuvinasi atau peremajaan yang ditekankan oleh Fatayat NU, lanjut Anggia, berangkat dari semangat para anggota organisasi yang ingin meremajakan kembali semangat perjuangan organisasi. 

“Rejuvinasi itu kan artinya peremajaan. Kenapa kita usung tema ini, karena harapan kita semua akan ada refreshement atau penyegaran,” kata Anggia pada pembukaan Konbes di Islamic Center Ambon, Kamis (26/4) malam.

(Baca: Harapan Pemerintah Maluku atas Konbes Fatayat NU)
Anggia melanjutkan, masalah-masalah yang dihadapi oleh perempuan baik dalam skala domestik rumah tangga atau dalam ruang yang lebih luas, tidak hanya berhenti pada perempuan saja, namun biasanya juga berdampak pada anak. 

Maka, lanjutnya, menyelesaikan persoalan perempuan, juga termasuk menyelesaikan persoalan yang dihadapi anak. Yang artinya dalam jangka lebih panjang, menyelesaikan masalah perempuan sama dengan menyiapkan masa depan yang lebih baik.

Tidak Anti-Politik

Anggia juga menekankan pada anggotanya untuk tak bersikap antipati terhadap politik. Kendati kerap ditemukan politisi yang berperilaku tidak baik, namun, kata dia, pada dasarnya politik adalah 'sebuah cara' untuk melakukan tugas kemanusiaan.

Ia menyontohkan saat Fatayat NU ingin mengintervensi kebijakan agar pemerintah lebih memperhatikan kesehatan perempuan di kawasan terpencil di Indonesia. Intervensi yang dilakukan oleh Fatayat NU, kata dia, pada dasarnya adalah gerakan politik yang bertujuan memanusiakan manusia.

"Juga seperti saat Fatayat NU mengadvokasi kasus kekurangan gizi dengan berupaya mengubah kebijakan sehingga tidak ada lagi orang yang merasa kelaparan. Ini adalah bagian gerakan politik yang mengandung kekuatan ibadah,” kata Anggia.

Maka dari itu, dia meminta partisipasi aktif anggotanya dalam perhelatan demokrasi, sebagai sebuah manifestasi dari cita-cita luhur untuk menjamin keadilan, keselamatan dan perlindungan terutama bagi kelompok perempuan.

(Baca: Menristek Dikti Minta Fatayat NU Kuasai Teknologi)
Konbes ini sendiri dibuka oleh Menteri Riset Teknologi Pendidikan Tinggi Muhammad Natsir. Tampak pula Ketua PBNU Robikin Emhas, Plt Gubernur Maluku Zeth Saburua. Sejumlah tokoh nasional seperti Menteri Pemuda dan Olahraga Imam Nahrawi, dan Menteri Desa Eko Putro Sandjojo dijadwalkan menghadiri acara ini. (Kendi Setiawan/Ahmad Rozali/Muiz)