Nasional

Kota Terpadu Mandiri Mesuji Model Korporatisasi Petani

Sen, 9 Oktober 2017 | 01:45 WIB

Kota Terpadu Mandiri Mesuji Model Korporatisasi Petani

Sekjen Kemendes PDTT Anwar Sanusi bersama Sekda Provinsi Lampung Sutoro, Bupati Mesuji Khamami memanen jagung di Desa Tanjung Mas Rejo, Kecamatan Mesuji Timur, Kabupaten Mesuji, Lampung, Sabtu (6/10).

Mesuji, NU Online
Kawasan transmigrasi semakin bergeliat dengan pengembangan wilayahnya menjadi Kota Terpadu Mandiri (KTM). Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigasi (Kemendes PDTT) pun terus menopang pembangunan di kawasan transmigasi.
 
"KTM merupakan terobosan inovatif dengan menggunakan instrumen transmigrasi. Pengembangannya harus melibatkan berbagai pihak, baik itu kementerian, lembaga, swasta dan perbankan. KTM Mesuji cukup berhasil dan siap mereplikasi," ujar Sekretaris Jenderal Anwar Sanusi saat mengunjungi KTM Mesuji di Desa Tanjung Mas Rejo, Kecamatan Mesuji Timur, Kabupaten Mesuji, Sabtu (7/9).

Kawasan transmigrasi Mesuji merupakan satu dari 49 kawasan transmigrasi yang sedang dikembangkan. Wilayah ini mencakup tiga kecamatan yang terdiri dari 41 Desa dengan lima desa diantaranya adalah eks Unit Permukiman Transmigrasi (UPT). Pembangunannya dimulai sejak 2007.

Komoditas padi merupakan produk unggulan KTM Mesuji. Hal tersebut didukung dengan sawah seluas 43.497 hektar, kemampuan produksi mencapai 217.410 ton, serta penggilingan beras/ Rice Milling Plant (RMP) dengan kapasitas 1,2 ton/jam yang terdapat di Desa Wonosari, Mesuji Timur. Dengan waktu giling RMP selama 8 jam/ hari, maka pendapatan setahun mencapai Rp 859.873.120,00. Hasil produksi beras akan dibeli oleh Koperasi Pegawai Pemerintah Kabupaten.

"Prioritaskan dana desa untuk kembangkan sektor pertanian seperti suplai benih, pompa, dan penyediaan alat-alat produksi pertanian. Kita kerjasama dengan Bulog, BNI, PT. Mitra BUMDes Nusantara, dan lainnya. Mereka berperan mendampingi dan advokasi untuk BUMDes-BUMDes," lanjut Anwar.

Selain padi, komoditas jagung juga menjadi produk unggulan Mesuji. Luas lahan garapan jagung mencapai 1.904 hektar. Panen yang dilakukan menjadi simbol kekuatan Produk Unggulan Kawasan Perdesaan (Prukades) di kawasan ini.

Anwar meyakini, desa ibarat sebuah korporasi yang akan terus berkembang menghasilkan produk dalam jumlah besar besar. Selain pemantapan sarana dan prasarana, KTM pun membutuhkan lembaga jasa keuangan untuk terus mengembangkan tata kelola bisnisnya.

Direktur Jenderal Pengembangan Kawasan Transmigrasi (PKTans), M. Nurdin, mengatakan pengembangan KTM bertujuan untuk menciptakan sentra-sentra agribisnis dan agroindustri. Sejumlah sarana dan prasarana di Mesuji pun sudah cukup mapan, diantaranya infrastruktur pendidikan, kesehatan, produksi dan pemasaran seperti sarana RMP, pasar basah dan kering, serta pusat bisnis.

"Kawasan ini tidak hanya membuka kesempatan kerja dan peluang usaha, melainkan juga meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan para transmigran dan penduduk sekitar di kawasan transmigrasi," ujar Nurdin. (Red: Kendi Setiawan)

Â