Nasional AICIS 2022

Lahirkan 'Dokumen Bali', Wamenag Yakin AICIS Bakal Jadi Barometer Studi Islam Dunia

Kam, 3 November 2022 | 23:48 WIB

Lahirkan 'Dokumen Bali', Wamenag Yakin AICIS Bakal Jadi Barometer Studi Islam Dunia

Wamenag Zainut Tauhid saat menutup AICIS 2022 di Denpasar, Bali, Kamis (3/11/2022) malam. (Foto: Fikri Nugraha Ramadhan)

Denpasar, NU Online
Wakil Menteri Agama (Wamenag) Zainut Tauhid Sa’adi memberikan apresiasi pada penyelenggaraan Annual International Conference on Islamic Studies (AICIS) atau Konferensi Internasional Tahunan pada Kajian Keislaman ke-21 tahun 2022 di Bali.


Pasalnya, agenda ini telah menorehkan sejarah baru dengan tiga distingsi. Pertama, menjadi event pengiring agenda G20. Kedua, dilaksanakan di dua kota, Mataram, Nusa Tenggara Barat, dan Denpasar, Bali.


“Tahun depan, mungkin bisa tiga lokasi agar lebih berbeda,” ujar Wamenag Zainut Tauhid saat menutup AICIS 2022 di Denpasar, Bali, Kamis (3/11/2022) malam.


Ketiga, lanjut dia, AICIS 2022 telah melahirkan Bali Document. Yakni, sebuah dokumen yang sangat penting untuk menyongsong kehidupan yang lebih baik dan berkualitas bagi masyarakat dunia.


“Untuk itu saya memiliki empat catatan khusus gelaran AICIS ini. Pertama, saya meyakini dan memiliki harapan yang sangat besar bahwa AICIS ini akan terus dapat menjadi barometer dalam islamic studies di dunia Islam dengan konsistensinya mengangkat isu-isu penting dan visioner,” ujarnya.


Zainut menambahkan, AICIS 2022 telah mampu menunjukkan diri sebagai sebuah konferensi bergengsi yang melibatkan para pakar dalam bidang islamic studies. Bahkan, para pakar tersebut tidak hanya berasal dari kalangan Muslim. Namun, juga dari kalangan non-muslim dan juga dari berbagai belahan dunia.


“Kedua, Kementerian Agama memiliki tugas dan tanggung jawab untuk memajukan kehidupan beragama di Indonesia. Dengan berbagai pengalaman beragama yang dimiliki, Indonesia telah menjadi sorotan dunia Islam dalam berbagai aspeknya,” tutur Wamenag.


Bahkan, pria asal Jepara ini mengutip pernyataan Samuel P Huntington, intelektual asal Amerika, yang pernah meyakini bahwa kebangkitan dunia Islam akan lahir dari Asia Tenggara, dan itu adalah Indonesia.


Oleh karena itu, lanjut dia, sudah sepantasnya bahwa Indonesia menjadi laboratorium kajian islamic studies dengan kompleksitas yang terjadi di dalamnya. Kemenag yang menjadi leading sector studi Islam Indonesia mampu membangun institusi yang bisa mempromosikan hasil-hasil kajian Islam kepada masyarakat luas.


“Ketiga, saya optimis sebagaimana harapan Menteri Agama Bapak Yaqut Cholil Qoumas bahwa Indonesia dapat menjadi pemimpin dunia Islam untuk mempromosikan Islam moderat. Keyakinan tersebut bukan isapan jempol karena Indonesia memiliki sumber daya manusia yang sangat luar biasa,” tandasnya.


Wamenag menambahkan bahwa Indonesia banyak berperan sukses dalam kerja-kerja global, baik di tingkatan PBB, OKI, G20, dan lainnya. Indonesia telah menjadi salah satu role model negara demokrasi yang mampu mengelola masyarakat multikultural.


“Keempat, saya meyakini bahwa umat Islam Indonesia mampu mengikuti akselerasi perkembangan teknologi yang sangat pesat. Yakni era industri 4.0 dan society 4.0  yang berbasis pada big data, internet of things, dan artificial intelligence.


Dengan kesadaran akan pentingnya teknologi dan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi tersebut, kata Wamenag, umat Islam Indonesia diharapkan mampu menjadi pemain yang andal bagi umat dalam pergaulan dunia global.


“Dengan penguasaan teknologi yang andal, umat Islam Indonesia dapat menjadi pelopor untuk menyiapkan masa depan kehidupan beragama yang dapat membawa kemaslahatan bersama membawa rahmat untuk seluruh isi alam semesta,” harapnya.

 


Pewarta: Musthofa Asrori
Editor: Zunus Muhammad