Nasional

LAZISNU Banyuwangi: Kemandirian Muktamar NU Harus Ditradisikan

Jum, 21 Februari 2020 | 05:00 WIB

LAZISNU Banyuwangi: Kemandirian Muktamar NU Harus Ditradisikan

Suasana gerakan Koin Muktamar di salah satu MWCNU di Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur. (Foto: NU Online/Aryudi AR)

Banyuwangi, NU Online

Gaung Muktamar ke-34 NU yang akan dihelat di Lampung tanggal 22-27 Oktober 2020, cukup nyaring terdengar di Banyuwangi, Jawa Timur. Nahdliyin di daerah ujung timur pulau Jawa itu, cukup antusias menyambutnya. Terbukti hanya dalam dua pekan setelah Koin Muktamar diluncurkan oleh PCNU Banyuwangi, Pengurus Cabang (PC) LAZISNU setempat berhasil mengumpulkan dana sebesar Rp88 juta lebih.

 

Menurut Ketua PC LAZISNU Banyuwangi, Ustadz Imron Rosyadi, Koin Muktamar di Banyuwangi diluncurkan tanggal 31 Januari 2020. Setelah itu hingga dua pekan kemudian petugas dari LAZISNU berkeliling, mendatangi MWCNU yang ada di Banyuwangi, semuanya berjumlah 25.

 

“Setiap hari, kami mendatangi satu sampai 2 MWCNU. Hasilnya lumayan. Saat dihitung beberapa hari lalu, sebelum semua MWCNU kami datangi, untuk sementara sudah mencapai Rp88 juta lebih,” ujarnya kepada NU Online di kediamannya, Kamis (20/2).

 

Ia menambahkan, kunjungan ke semua MWCNU sudah tuntas hari Ahad (16/2) lalu. Sasaran Koin Muktamar berikutnya adalah tiga perguruan tinggi yang berbasis Nahdliyin. Dikatakan Ustadz Imron, ketiga pimpinan perguruan tinggi itu sudah menyatakan sanggup untuk memberikan donasi buat Koin Muktamar.

 

“Cuma masih menuggu awal Maret, karena saat ini mahasiswa masih libur,” terangnya.

 

Ustdz Imron menyatakan bahwa pihaknya tidak punya target dalam gerakan Koin Muktamar itu. Targetnya adalah sebisanya yang dapat diusahakan oleh LAZISNU Banyuwangi, berapapun hasilnya. Namun ternyata, sambutan masyarakat luar biasa.

 

“Insyaallah lebih seratus juta rupiah nanti, ini masih ada beberapa segmen yang belum kami datangi,” terangnya.

 

Ustadz Imron mengaku bersyukur Muktamar NU diputuskan mandiri dalam pembiayaannya. Sebab, dengan begitu, Muktamar NU kembali kepada asalnya, yaitu swadaya. Dikatakannya, sejak dulu, Muktamar NU selalu digelar secara mandiri, tanpa ada campur tangan dari pemerintah. Namun dalam perkembangannya, Muktamar NU mengakomodasi keinginan pihak lain untuk berpartisipasi dalam pembiayannya.

 

“Sekarang ini harus jadi momentum untuk menyelenggarakan Muktamar NU secara mandiri di masa-masa mendatang,” pungkasnya.

 

Pewarta: Aryudi AR

Editor: Ibnu Nawawi