Nasional

LPBI PBNU Sampaikan Empat Indikator Utama Pesantren Hijau

Jum, 16 Agustus 2019 | 06:00 WIB

LPBI PBNU Sampaikan Empat Indikator Utama Pesantren Hijau

Ketua LPBI PBNU, M Ali Yusuf. (Syakir/NUO)

Jakarta, NU Online
Lembaga Penanggulangan Bencana dan Perubahan Iklim (LPBI PBNU) membuat program Pesantren Hijau mengingat sudah sedemikian rusaknya alam lingkungan. Hal itu diperparah dengan jutaan ton sampah plastik yang tidak terdaur ulang, energi fosil yang semakin banyak digunakan, dan beragam ulah tangan manusia lainnya.

Melalui pesantren hijau, ia berharap setidaknya dapat mengurangi kecepatan kerusakan lingkungan. “Dari pesantren kita berharap dalam rangka menghambat laju dampak kerusakan lingkungan itu bisa kita laksanakan paling tidak tidak menambah kerusakan lingkungan sehingga dampaknya bisa kita kurangi,” kata Ketua LPBI PBNU Muhammad Ali Yusuf saat memberikan sambutan pada acara Bedah Modul Pesantren Hijau di Gedung PBNU lantai 8, Jalan Kramat Raya 164, Jakarta, Kamis (16/8).

Dalam kesempatan tersebut, Ali Yusuf menerangkan perihal empat indikator utama Pesantren Hijau yang nanti menjadi landasan dalam gerak programnya. Pertama, pengelolaan sampah karena sudah menjadi persoalan bersama. “Ini juga nanti akan menimbulkan persoalan lingkungan hidup yang luar biasa,” katanya.

Kedua, persoalan air. Ali menyadari akhir-akhir ini mengingat musim kemarau, banyak kekeringan terjadi di berbagai daerah, terutama di Pulau Jawa. “Devisit air luar biasa. Ini juga perlu kita sampaikan perlu adanya upaya-upaya konservasi air,” jelasnya.

Ketiga, konservasi energi. Hal ini, menurutnya, sangat penting mengingat yang merusak lingkungan atmosfer adalah polusi akibat dari limbah kendaraan bermotor, seperti sepeda motor, mobil, dan industri yang berasal dari energi fosil minyak bumi itu. Tak ayal, ke depannya sangat perlu dilakukan penghematan energi. “Listrik berasal dari batu bara yang juga berasal dari energi fosil dan juga dari energi BBM,” katanya.

Keempat, penghijauan. Ali menyebut ini penting karena penghijauan atau pohon memberikan oksigen bagi manusia untuk bernafas. Hutan, jelasnya, adalah paru-paru bumi.

“Kita tidak perlu membuat hutan di pondok, paling tidak kita membuat ruang untuk bagaimana pepohonan tumbuh agar bisa memberikan oksigen bagi kita sehingga kita bisa bernafas dengan baik, kita mendapatkan oksigen yang bersih atau hawa yang bersih,” pungkasnya. (Syakir NF/Muchlishon)