Nasional RAKORNAS LPBINU

LPBINU Ziarahi Makam Pendiri Pesantren Al-Hamidiyah KH Achmad Syaikhu

Sab, 3 Juni 2023 | 07:00 WIB

LPBINU Ziarahi Makam Pendiri Pesantren Al-Hamidiyah KH Achmad Syaikhu

Sejumlah pengurus PBINU menziarahi makam pendiri Pesantren Al-Hamidiyah KH Achmad Syaikhu, Sabtu (3/6/2023) pagi. (Foto: NU Online/Malik)

Depok, NU Online
Para pengurus Lembaga Penanggulangan Bencana dan Perubahan Iklim Nahdlatul Ulama (LPBINU) dari berbagai daerah menziarahi makam KH Achmad Syaikhu, pendiri Pesantren Al-Hamidiyah Depok, Jawa Barat, Sabtu (3/6/2023).


Ziarah dan doa bersama di makam Kiai Syaikhu dilakukan di sela gelaran Rapat Koordinasi Nasional (Rakornas) LPBINU di Pesantren Al-Hamidiyah Depok, Jawa Barat yang dijadwalkan tiga hari, Jumat-Ahad, 2-4 Juni 2023.


Ziarah dan doa bersama itu menjadi salah satu agenda Rakornas LPBINU. Saat berziarah di makam KH Achmad Syaikhu yang terletak di teras Masjid Al-Hamidiyah, para peserta dan panitia Rakornas LPBINU didampingi oleh pengurus pesantren tersebut.


Pantauan NU Online, suasana syahdu dan khidmat mengiringi kegiatan ziarah dan doa bersama yang dilakukan setelah jamaah shalat Subuh itu.


Lalu siapa sebenarnya KH Achmad Syaikhu? Selain dikenal sebagai pendiri Pesantren Al-Hamidiyah Depok, beliau merupakan tokoh NU kenamaan yang perannya tak hanya nasional, tapi juga internasional.


“KH Ahmad Syaikhu dilahirkan di daerah Ampel, Surabaya, pada Selasa Wage, 29 Juni 1921. Ia adalah putra bungsu dari dua bersaudara pasangan H. Abdul Chamid dan Ny Hj Fatimah,” dilansir dari artikel berjudul KH Ahmad Syaikhu Tokoh NU Pendiri Pesantren Al-Hamidiyah Depok.


Pada tahun 1938 beliau nyantri ke Pesantren Al-Hidayah, Lasem, asuhan KH Ma'shum Ahmad. Selama di pesantren ini, ia menjadi santri kesayangan Mbah Ma'shum. Sesudah 3 tahun belajar di Lasem, ia terpaksa harus boyong ke Surabaya, karena ia terserang penyakit tipes (typus) yang cukup serius.


“Kepemimpinan dan ketokohan KH Ahmad Syaikhu tidak hanya diakui secara nasional, melainkan juga sampai ke level internasional. Pengakuan itu terbukti dengan dipilihnya KH Ahmad Syaikhu sebagai Presiden Dewan Pusat Organisasi Islam Asia Afrika (OIAA) dalam konferensinya yang pertama di Bandung, tanggal 6-14 Maret 1965,” terang artikel tersebut.


Tercatat ia menjadi anggota DPRDS di Surabaya. Akhirnya ia mencapai puncak karier di gelanggang politik dengan menjadi Ketua DPR-GR pada tahun 1966. Di NU sendiri ia pernah menjadi salah seorang Ketua PBNU, sampai tahun 1979 (ketika berlangsung Muktamar NU di Semarang).


“Pada tanggal 27 Ramadhan 1398 H, atau bertepatan dengan 31 Agustus 1978, ia mendirikan organisasi yang bergerak di bidang dakwah, yaitu Ittihadul Muballighin. Lembaga inilah yang pada akhirnya mengantarkannya menuju terminal pengabdian terakhirnya, yaitu dunia dakwah dan pesantren,” jelas artikel tersebut.


Kepala Pengasuh Pesantren Al-Hamidiyah Depok Prof KH Oman Fathurahman menjelaskan bahwa KH Achmad Syaikhu aktivitasnya dulu itu sangat giat mendakwahkan tentang Islam rahmatan lil alamin. Kepedulian terhadap semesta merupakan kepedulian Kiai Syaikhu juga.


“Islam rahmatan lil alamin itu kan Islam yang memberikan berkah bukan hanya kepada sesama muslim, bukan hanya kepada sesama manusia, tetapi kepada seluruh alam, pohon, tumbuh-tumbuhan, air, bagaimana supaya ini betul-betul memberikan berkah,” ujarnya saat ditemui NU Online di Pesantren Al-Hamidiyah Depok, Jumat (2/6/2023) malam.


Kontributor: Malik Ibnu Zaman
Editor: Musthofa Asrori