Nasional

Maju Teknologinya, Lestari Tradisinya

Jum, 6 Desember 2019 | 16:00 WIB

Maju Teknologinya, Lestari Tradisinya

Oman Fathurahman saat Ngariksa, Jumat (6/12) malam.

Jakarta, NU Online
Perkembangan teknologi digital terus beranjak maju seiring mengalirnya waktu. Hal ini di berbagai negara mengikis tradisi lokal yang tumbuh dan berkembang di masa sebelumnya. Pencegahan dari hal tersebut tentu saja perlu dilakukan sehingga kekhawatiran tidak akan menjadi sebuah kenyataan.

Membaca manuskrip menjadi salah satu jalan dalam upaya menjaga manusia tidak tercerabut dari akar budaya dan tradisinya. 

“Saya ingin mengajak masyarakat Indonesia, sobat Ngariksa khususnya, langsung interaktif mengalami membaca manuskrip yang kalau bukan bidangnya itu pasti tidak akan ngalamin,” kata Oman Fathurahman, guru besar filologi Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, saat Ngaji Manuskrip Kuno Nusantara (Ngariksa) di Ciputat, Tangerang Selatan, Banten, Jumat (6/12) malam.

Secara substantif, dengan hal tersebut, bangsa Indonesia akan sadar dengan kepemilikan akan kekayaan khazanah literaturnya. “Saya berharap tidak kehilangan identitas jati diri kita sebagai bangsa yang memiliki khazanah luar biasa banyak,” ujar alumnus Pesantren Cipasung, Tasikmalaya, Jawa Barat itu.

Terlebih visi pemerintahan Indonesia saat ini adalah Indonesia Maju. Kemajuan ini, harapnya, tidak sekadar dilihat dari transformasi digitalnya, tetapi juga nilai-nilai tradisi dan kebudayaannya tetap terjaga. 
 
“Saya berharap nilai-nilai tradisional akar budaya kita tetap bisa kita pahami dengan cara milenial juga,” katanya dalam Ngariksa bertema Dua Sisi Wajah Al-Qur’an dalam Manuskrip Ithaf al-Dzaki itu.

Hal itulah yang dilakukan olehnya dengan mengaji manuskrip menggunakan metode digital dan disiarkan langsung melalui berbagai saluran media sosial.

Jepang, katanya, bisa menjadi contoh dalam hal ini. Meskipun teknologinya berkembang begitu pesat, tetapi tradisionalitasnya tetap terjaga dengan baik di saat negara-negara lain mengalami krisis identitas akibat kemajuan teknologinya.

“Saya khawatir, di Korea di beberapa negara lain yang IT nya sangat maju, itu sebetulnya ada krisis identitas juga dalam beberapa hal. Masyarakat semakin tidak tahu dirinya siapa saking sudah tergantikan robotik. Kita bisa mencontoh Jepang IT-nya maju, tetapi nilai tradisional tetap dijaga,” pungkasnya.

Pewarta: Syakir NF
Editor: Muchlishon