Nasional

Memaafkan Orang Zalim itu Tanda Cinta kepada Nabi Muhammad

Sen, 18 Oktober 2021 | 23:00 WIB

Jakarta, NU Online

Salah satu ciri-ciri atau tanda seorang Muslim yang mengaku cinta kepada Nabi Muhammad adalah mampu memaafkan orang lain yang telah berbuat zalim kepadanya. Pasalnya, memaafkan orang yang berbuat zalim adalah meniru apa yang dilakukan Nabi Muhammad. 

 

Pengasuh Pondok Al-Hikmah Buntet Pesantren Cirebon KH Salman Al-Farisi menjelaskan hal itu saat mengisi Pesantren Digital Majelis Telkomsel Taqwa (MTT) bertajuk Belajar Bersama Meneladani Akhlak Rasulullah, pada Senin (18/10/2021).  

 

"Tidak semua orang mampu melakukan perbuatan mulia seperti yang dicontohkan oleh Nabi Muhammad itu. Sebab untuk bisa memaafkan orang yang telah berbuat zalim, memerlukan kebesaran hati yang luar biasa dan sudah dicontohkan oleh Rasulullah dalam segala tindak-tanduknya," kata Kiai Salman.

 

Kemudian, dijelaskan juga ciri-ciri cinta kepada Nabi Muhammad adalah mampu memberikan sesuatu kepada orang lain yang tidak pernah mau memberikan sesuatu. Dengan kata lain, kata Kiai Salman, orang yang cinta Rasulullah, hidupnya tidak pernah dikendalikan oleh sosial. 

 

"Orang mau berbuat apa pun kepada kita, kita tetap akan melakukan perbuatan secara baik, sesuai dengan apa yang diatur oleh Allah dan dicontohkan Rasulullah. Jadi dia tidak terkontrol oleh sosial," ujar Ketua Yayasan Lembaga Pendidikan Islam (YLPI) Buntet Pesantren Cirebon itu. 

 

Tidak terkontrol oleh sosial itu, jelas Kiai Salman, ketika ada orang yang berbuat buruk maka tidak lantas membalasnya dengan keburukan serupa. Akan tetapi harus dibalas dengan perbuatan baik karena memang itulah yang sudah dicontohkan Nabi Muhammad. 

 

"Jadi, kita tidak berbuat karena sekadar sosial, apalagi karena tujuannya sosial. Kita berbuat baik karena memang sudah dicontohkan oleh Rasulullah. Apa pun yang menjadi reaksi dari sosial, itu bukan urusan kita," imuhnya.

 

Seorang Muslim yang baik, jangan sampai dikontrol oleh sosial, tetapi oleh aturan-aturan agama yang diterangkan di dalam Al-Qur’an dan dijelaskan di dalam hadits. "Itulah maksudnya kita memperingati Nabi, mengikuti akhlak yang dicontohkan Rsaulullah," tuturnya.

 

​​​​​​​Putra KH Fuad Zein, ulama Buntet Pesantren Cirebon yang dikenal sebagai Qari Internasional itu meneruskan, rasa cinta kepada Rasulullah itulah yang menjadi tanda umat Islam memperingati Maulid Nabi dengan sukacita. Ditegaskan, seseorang yang mencintai segolongan orang dengan tulus dan ikhlas, mencintai ulama misalnya, maka akan dimasukkan ke dalam golongan orang yang dicintainya itu. 

 

"Kalau kita menunjukkan rasa cinta kepada Rasulullah, insyaallah kita akan digolongkan menjadi orang-orang yang bagian dari golongan itu," tegas Kiai Salman.

 

Ia lantas menyampaikan QS Al-Ahzab ayat 21. Di ayat itu, Allah menyatakan bahwa di dalam diri Rasulullah terdapat uswatun hasanah atau teladan yang baik. Hal itu hendaknya dijadikan sebagai barometer, ukuran, dan tolok ukur bagi umat Islam dalam menjalani hidup di dunia ini. 

 

Dengan begiru, kehidupan manusia yang sementara ini akan menjadi tertuntun sesuai dengan syariat karena mengikuti Rasulullah. "Tentu untuk bisa mempelajari apa yang sudah dilakukan Rasulullah, tidak begitu saja kita dapatkan hanya sekadar membaca literatur-literatur tetapi juga harus ada sanad, pembimbing, dan guru," katanya.

 

Guru itulah yang kelak dijadikan referensi sebagai penanggung jawab agar pengetahuan tentang Rasulullah yang dipahami dapat sesuai dengan maksud yang terdapat di dalam kitab-kitab atau berbagai literatur. 

 

"(Dengan mengikuti guru) sehingga kita betul-betul meneladani Rasulullah dengan baik," pungkas Kiai Salman.


Pewarta: Aru Lego Triono
​​​​​​​Editor: Kendi Setiawan