Nasional

Menaker: Nahdliyin Harus Rofa

NU Online  ·  Senin, 24 Desember 2018 | 06:00 WIB

Menaker: Nahdliyin Harus Rofa

Menaker Hanif Dhakiri, di Rakornas Lakpesdam NU

Bekasi, NU Online
Menteri Ketenagakerjaan (Menaker) HM Hanif Dhakiri yang juga pengurus Lembaga Kajian dan Pengembangan Sumberdaya Manusia (Lakpesdam PBNU) menjabarkan pandangannya terhadap karakter anggota Nahdlatul Ulama saat ini. 

Menurut alumni Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Salatiga ini, supaya NU tetap bertahan maka nahdliyin harus solid dan kuat. Teori yang terjadi pada anggota NU saat ini, ujar dia, sama halnya dengan teori Nahwu Sorof pada dunia pesantren. 

Yakni, jazm, kasroh, rofa, dan nasab. Saat ini, masih ditemukan anggota NU yang masuk kategori jazm. Jazm tersebut, ujar dia, cirinya adalah sukun, filossofi sukun dalam hal keanggotaan NU adalah dia yang memiliki amalan NU dan mengaku NU tapi ketika NU dihina, kiai NU disudutkan dia tidak berbuat apa apa. 

Hal itu disampaikan Hanif saat dirinya menjadi pembicara pada kegiatan halaqah nasional di Rakornas Lakpesdam NU di Kota Bekasi, Jawa Barat, Senin (24/12).

“Kedua adalah kasroh, kasroh itu artinya pecah, artinya dia NU tapi punya tendensi pecah, kalau anak  muda NU dulu, agar tidak suul adab (pecah) kepada guru, maka berdoa ya Allah tutuplah mataku dan telingaku agar tidak memiliki perbedaan pandangan dengan saya,” katanya.

Hanif melanjutkan, model anggota NU saat ini adalah nasab, Nasab kata M Hanif Dakhiri cirinya adalah fathah artinya terbuka. Namun, karakter seperti ini yang menerima semua warna akhirnya malah menguntungan orang lain. 

“Ada kuning diterima, ijo diterima, merah diterma. Ketika ditanya menurut kamu NU itu bagaimana, kata yang ditanya, NU begini, NU itu masuk ke siini  siitu, menerima ini menerima itu, maksud mereka biar manfaatnya banyak ternyata malah blunder. NU maunya berteman dengan semuanya, namun akhirnya semua tidak menganggap NU teman gara-gara terlalu terbuka,” tuturnya.  

Terakhir, kata Hanif, Nahdlyin itu harus rofa, rofa cirinya adalah dhomah dengan arti solid. Maksudnya, NU harus solid dari kalangan atas sampai kalangan bawah.

"Sama seperti shalat berjamaah, ketika imam ruku makmumnya ruku juga. Jangan sampai, imam sujud makmum malah ruku. Kalau sekarang kadang kadang imam sujud, mohon maaf kiai sudah saatnya ruku lagi,” tutupnya. (Red: Muiz)