Nasional

Mengenal Heat Stroke, Kondisi Panas yang Perlu Diwaspadai Jamaah Haji

Sel, 31 Mei 2022 | 21:00 WIB

Mengenal Heat Stroke, Kondisi Panas yang Perlu Diwaspadai Jamaah Haji

Suasana thawaf di Masjidil Haram. (Istimewa)

Jakarta, NU Online
Pada musim haji tahun 2022, suhu cuaca di Arab Saudi diperkirakan dalam kondisi sangat panas. Informasi ini disampaikan Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas sesaat setelah kembali dari Arab Saudi untuk memastikan kesiapan pelayanan bagi jamaah haji Indonesia beberapa waktu lalu. Di perkirakan suhu panas Arab Saudi akan mencapai 50 derajat celcius pada puncak musim haji.


Kondisi ini harus diwaspadai oleh para jamaah dengan tetap menjaga kesehatan fisik dan mental termasuk mengenali dan memahami tanda-tanda terpapar panas ekstrem yang disebut heat stroke.


Kepala kantor Kesehatan Haji Indonesia (KKHI) Makkah, dr Muhammad Imran menjelaskan bahwa ada kondisi sebelum orang dinyatakan mengalami heat stroke. Kondisi pertama adalah heat exhausted. Kondisi ini ditandai dengan rasa sakit kepala, keringat berlebihan, kulit terlihat pucat, lembab, dan terasa dingin, nafas cepat, mual, dan nyeri otot.


Kondisi ini dapat diatasi dengan minum air yang cukup, mengganti elektrolit yang hilang, menyemprot tubuh dengan air dan beristirahat setidaknya 30 menit.


Kondisi yang lebih parah adalah saat orang mengalami heat stroke atau serangan panas. Merupakan kondisi paling berat pada tubuh akibat cuaca panas, karena tubuh tidak dapat mengontrol suhu badan. Terjadi peningkatan suhu badan dengan cepat hingga mencapai 41 derajat celcius dalam kurun waktu 10-15 menit, dan tubuh sudah tidak dapat mengeluarkan keringat. Heat stroke adapat memperberat kondisi orang yang sedang sakit dan menyebabkan kematian.


Upaya pencegahan yang bisa dilakukan menurutnya adalah dengan menyemprotkan air dan minum cairan elektrolit dengan ukuran dan waktu yang tepat. “Jamaah, selalu melengkapi diri dengan APD dan jangan tunggu haus untuk minum,” tambahnya dikutip dari laman Kemkes, Selasa (31/5/2022).


Sementara Koordinator Promosi Kesehatan PPIH Bidang Kesehatan dr. Edi Supriyatna mengatakan, perbedaan suhu yang ekstrem ditambah kelembaban yang rendah di Arab Saudi, menimbulkan potensi dehidrasi bagi jamaah haji. Kondisi ini dapat mengarah pada situasi yang lebih parah yakni heat exhausted bahkan heat stroke. Sehingga asupan mineral yang cukup menjadi kunci penting menjaga jamaah haji tetap terhidrasi dengan baik.


“Kunci dehidrasi adalah mineral loss, jadi harus minum air yang dicampur elektrolit, jangan tunggu haus” ujarnya.


Fungsi elektrolit di sini bukan sebagai obat diare, melainkan sebagai pengganti mineral yang hilang selama menjalankan aktivitas di tengah cuaca yang sangat terik dan minim kelembaban.


Konsumsi elektrolit dilakukan setelah jamaah haji melakukan aktivitas di luar hotel, dengan mencampurkan 1 sachet oralit dengan 600 ml air. Selain itu jamaah juga diminta untuk minum air 5-6 botol sehari dengan takaran 600 ml air setiap botolnya.


Lebih lanjut, dr Edi menyampaikan, jamaah haji diminta menghindari paparan sinar matahari langsung dengan lengkapi diri dengan Alat Pelindung Diri (APD), salah satunya dengan menggunakan topi dengan bibir (pinggiran) yang lebar sehingga kepala bisa terhindar dari sengatan langsung.


Selain itu juga jamaah diminta untuk sering menyemprot bagian tubuh yang terpapar pajanan matahari langsung, terutama muka dan tangan. Jamaah juga diminta untuk menggunakan pakaian yang longgar dan mudah menyerap keringat, serta selalu menggunakan alas kaki saat bepergian.


Editor: Muhammad Faizin