Nasional RISET BLA JAKARTA

Mengungkap Rekam Jejak Sejarah dalam Naskah Kuno

Sel, 10 Desember 2019 | 10:15 WIB

Mengungkap Rekam Jejak Sejarah dalam Naskah Kuno

Naskah kuno Lampung yang menceritakan tentang Hikayat Nabi Bercukur (HNB). (Foto: Mahmudah/BLAJ)

Naskah kuno merupakan objek penelitian filologi yang abad mutakhir ini menjadi cabang khusus dalam studi ilmu sejarah. Kajian filologi menjadi salah satu media yang tepat untuk mengungkap rekam jejak sejarah, ide-ide, gagasan pikiran, dan kearifan lokal.

Dapat dikatakan, kajian filologi tentang naskah-naskah kuno dari berbagai aspeknya secara multidisipliner akan membuka kembali cakrawala pengetahuan tentang masa lalu suatu masyarakat. Dalam dunia akademik, studi filologi atas naskah-naskah kuno “sempat” tidak mendapat perhatian penting dari para peneliti.

Naskah kuno hanya diposisikan sebagai benda tua yang tidak banyak mempunyai manfaat di masa modern ini. Hal ini disebabkan oleh kesadaran masyarakat yang belum tahu bahwa kajian ilmiah terhadap naskah kuno memiliki sumbangsih yang sangat penting untuk rekontekstualisasi pemikiran, nilai-nilai luhur sertasosio-kultural yang terdapat di masa lalu bangsa ini.

Di Nusantara, kajian filologi atas naskah-naskah kuno menjadi bidang kajian menarik dan banyak digandrungi oleh para sarjana muslim setelah dihembuskannya brand “Islam Nusantara” oleh Nahdlatul Ulama.

Isu Islam Nusantara dengan segala bentuk metodologi dan akar kesejarahannya yang belum tersusun rapi, menjadi tanggung jawab moril bagi ilmuwan muslim untuk menarasikannya kembali secara konprehensif. Sehingga dari itu, kajian filologi menjadi salah satu tawaran metodologi menarik untuk  menyelami kembali masa lalu kesejarahan masyarakat Nusantara ini.

Peneliti Balai Litbang Agama (BLA) Jakarta Balitbang Diklat Kemenag RI, Mahmudah Noorbani, dalam penelitiannya tentang Naskah Kuno Lampung menyebutkan, bahwa naskah kuno hari ini terbilang cukup langka. Sebab, naskah-naskah tersebut banyak yang hilang karena dianggap tidak berguna. Oleh karena itulah, peneliti menganggap penting untuk membuat suatu penelitian khusus tentang naskah kuno di Nusantara.
 
Dalam proses dokumentasi naskah yang dilakukannya, Mahmudah mendapati satu naskah tua dengan Bahasa Melayu yang menceritakan tentang hikayat Nabi bercukur. Cerita ini sebenarnya telah menjamur dan lumrah diceritakan oleh masyarakat kita. Penelitian yang ia lakukan menjadi menarik karena bersentuhan langsung dengan naskah kuno tersebut.

Hikayat Nabi Bercukur
Dalam studi filologi ini, Mahmudah memfokuskan objek kajiannya pada bahan yang ditemuinya di Lampung, yaitu naskah tua berbahasa Melayu yang menceritakan tentang Hikayat Nabi Bercukur (HNB). Naskah tersebut semasa dengan Fatahillah atau Sunan Gunung Djati (1448-1568 M.)

Peneliti memperoleh naskah tersebut dari Majelis Penyeimbang Adat Lampung (MPAL) di Kota Bandar Lampung. Naskah tersebut disimpan oleh Abdul Roni, Ratu Angguan yang masih menjadi anggota di lembaga tersebut.

Mahmudah yang kini pindah tugas di Puslitbang Lektur, Khazanah Keagamaan, dan Manajemen Organisasi (LKKMO) Balitbang Diklat Kemenag menjelaskan bahwa naskah koleksi Abdul Roni, Ratu Angguan ini tidak memiliki judul khusus yang ditulis secara spesifik. Hal itu karena pada bagian awal teks tidak memiliki sampul dan keterangan.

Akan tetapi, berdasarkan hasil pembacaan peneliti atas berbagai literasi pendukung lainnya menyebutkan bahwa teks mengenai cerita Nabi bercukur ini mempunyai popularitas yang amat tinggi di Nusantara.

Teks naskah HNB dari koleksi A. Roni ini memiliki corak karakter dan kekhasan tersendiri. Teks naskah ini ditulis tangan dengan aksara Lampung. Secara umum naskah tersebut menceritakan tentang cerita Nabi Muhammad yang dicukur rambutnya oleh Malaikat Jibril.

Selain itu, peneliti juga menuturkan bahwa naskah HNB yang ditemukannya berjumlah dua puluh delapan halaman. Aksara yang dituliskan dalam naskah tersebut masih dapat dibaca dengan jelas walaupun delapan halaman naskah rusak dan dua halaman rusak parah.

Menurut Mahmudah, bahan yang digunakan dalam naskah tersebut berupa kulit kayu. Teks pada naskah ini menggunakan Bahasa Melayu yang dipengaruhi Bahasa Serang. Ukuran naskah ini 11,7 x 9 cm dengan ukuran teks 10,5 x 8 berjumlah 28 halaman dengan 8, 7, 6, dan 9 baris per halaman dan tidak ada penomoran.

Secara psikologis, cerita nabi bercukur ini menjadi kepercayaan dan sistem nilai di tengah-tengah masyarakat masyarakat Lampung. Hal ini dikarenakan dalam naskah HNB dan bahkan dalam hikayat tutur masyarakat Lampung sering mengaitkan peristiwa nabi bercukur dengan firman Allah dalam QS. Al Fath ayat 27.

Arti ayat tersebut kurang lebihnya demikian: “Sesungguhnya Allah akan membuktikan kepada Rasul-Nya, tentang kebenaran mimpinya dengan sebenarnya (yaitu) bahwa sesungguhnya kamu pasti akan memasuki Masjidil Haram, Insya Allah dalam keadaan aman, dengan mencukur rambut kepala dan mengguntingnya, sedang kamu tidak merasa takut. Maka Allah mengetahui apa yang tiada kamu ketahui dan Dia memberikan sebelum itu kemenangan yang dekat.

Menurut peneliti, pada hakikatnya ayat tersebut menjelaskan tentang perintah tahallul (potong rambut) dalam ibadah haji dan umrah. Akan tetapi, oleh karena ayat ini dikutip dalam teks-teks klasik yang menerangkan hikayat nabi sebagaimana yang terdapat dalam HNB ini, maka semakin memantapkan pembaca atas kebenaran HNB tersebut. Bahkan, hikayat tersebut mampu meningkatkan keimanan pada Allah dan Rasulullah.

Bersamaan dengan itu, ditemukannya teks-naskah HNB ini di masyarakat Lampung secara sosiologis menunjukkan kondisi masyarakat Lampung sudah dahulu sekali “menerima” dan terpengaruh dengan cerita Islam. Bukti kuat atas pengaruh Islam atas naskah tersebut dapat dilihat pada penyebutan Allah dan Nabi Muhammad dalam teksnya.

Selain itu, naskah HNB yang ditemukan di Lampung ini jugamemilliki berbagai makna dan fungsi yang beranika ragam. Termasuk didalamnya adalah fungsi magis,fungsi sejarah yang mengisahkan kejadian yang dialami oleh rajaserta fungsi motivasi pergerakan dan kepahlawanan di masyarakat Lampung.

Berdasarkan deskripsi temuan sebagaimana telah dijarbarkan, peneliti memiliki kesimpulan bahwa kajian filologi atas naskah-naskah kuno sangat penting untuk ditekuni lebih mendalam lagi. Karena kajian model ini dapat mengungkap pelajaran, nilai-nilai luhur serta sejarah masa lalu suatu bangsa untuk direkontekstualisasikan di abad modern hari ini.

Penulis: Ahmad Fairozi
Editor: Musthofa Asrori