Nasional

Menjadi Moderat Bukan Berarti Lemah dalam Beragama

Sab, 9 November 2019 | 12:30 WIB

Menjadi Moderat Bukan Berarti Lemah dalam Beragama

Direktur PTKI Arskal Salim GP (Foto: NU Online/Kendi Setiawan)

Jakarta, NU Online
Menjadi moderat bukan berarti menjadi lemah dalam beragama. Menjadi moderat bukan berarti cenderung terbuka apalagi mengarah kepada kebebasan.
 
Direktur Pendidikan Tinggi Keagamaan Islam Arskal Salim GP menegaskan jika ada anggapan bahwa seseorang yang bersikap moderat dalam beragama berarti tidak memiliki militansi, tidak serius, atau tidak sungguh-sungguh dalam mengamalkan ajaran agamanya, hal itu sebagai kekeliruan. 
 
Moderasi beragama, tegas Arskal, adalah cara pandang dalam beragama secara moderat, yakni memahami dan mengamalkan ajaran agama dengan tidak ekstrem, baik ekstrem kanan maupun ekstrem kiri. Di Indonesia, di berbagai tempat dengan masyarakat mayoritas dari segi agama, segi bahasa, segi entik, jelas terdapat percampuran antara mayoritas dan minoritas, sehingga sikap moderat sangat ditekankan untuk bisa diwujudkan. 
 
Karena itu, moderasi beragama perlu disebarluaskan kepada semua penganut agama. "Jangan biarkan Indonesia menjadi bumi yang penuh dengan permusuhan, kebencian, merasa paling benar sendiri, dan pertikaian," kata Arskal dalam wawancara khusus dengan NU Online di Jakarta.
 
Selain itu, ia menyampaikan bahwa kerukunan, baik dalam umat beragama maupun antarumat beragama, adalah modal dasar bangsa Indonesia menjadi maju. Dengan sikap moderat, toleransi dapat dikembangkan untuk mewujudkan kehidupan rukun dan kerja sama yang baik antara pihak atau kelompok yang berbeda-beda.
 
Menurutnya, di negara-negara yang tadinya aman, tenteram, damai bisa menjadi pecah dan timbul peperangan. Hal itu karena ketidakmampuan negara-negara tersebut dalam mengelola perbedaan mereka.
 
"Tidak ada apresiasi, tidak ada penghormatan terhadap perbedaan, sehingga berujung kepada self claim kebenaran, monopoli kebenaran. Yang akibatnya menafikan, menihilkan keberadaan orang lain, kelompok lain yang berbeda pandangan, pemikiran, dan seterusnya," ujarnya.
 
Menurutnya, dengan adanya moderasi beragama berarti masyarakat siap untuk menerima perbedaan pandangan, menghormati pandangan orang lain. Di saat yang sama juga tidak ada self claim atau mengatakan dirinya paling benar dan yang lainnya salah. 
 
"Untuk itulah maka sangat dibutuhkan sekali sikap moderat moderasi beragama di indonesia ini agar kita tetap hidup damai aman dan sentosa," tegasnya.
 
Pewarta: Kendi Setiawan
Editor: Abdullah Alawi