Jakarta, NU Online
Penulis Buku Islam Nusantara KH Ahmad Baso mengungkapkan alasan ulama-ulama Betawi bisa dikenal oleh dunia. Yakni karena menulis dan menelurkan sebuah karya, kemudian disebar sehingga dibaca oleh para muridnya yang berbeda negara.
“Nah untuk mengetahui karya-karya ulama Nusantara yang menjadi guru di luar, kita harus mengoleksi kitab-kitab yang mereka tulis. Ini menjadi ikhtiar dalam melestarikan ajaran ulama Nusantara,” kata Penulis Buku Islam Nusantara KH Ahmad Baso, dalam Halaqoh Ulama Nusantara di Aula Serbaguna Masjid Jami’ Shodri Asshiddiq, Cakung, Jakarta Timur, pada Ahad (26/5).
Karena karya-karya ulama Nusantara terdahulu itulah, lanjut Kiai Baso, maka sesungguhnya ajaran Islam di negeri ini yang mengajarkan kesejukan dan kedamaian dalam beragama berhasil menjadi kiblat dunia. Bahkan menjadi penerangan Islam sedunia.
“Ini menjadi tantangan kita depan bagaimana mengembalikan marwah Islam Nusantara di negeri lain. Saya berharap melalui Majelis Ulama Indonesia atau Nahdlatul Ulama agar melakukan kerja sama dengan Raja Arab mengenai utusan ulama untuk mengajar Islam Nusantara dan menyebarkan ajaran ulama Nusantara,” jelasnya.
Dengan tegas, Kiai Baso menekankan bahwa ulama dalam negeri saat ini harus menjadi subjek, tidak lagi menjadi objek.
“Kalau dikirim ke Arab hanya untuk belajar tidak ada gunanya itu. Kita harus bertugas untuk menerangi hatinya orang Arab seperti mengajari bagaimana halal bihalal dilakukan. Itu yang dilakukan Syaikh Nawawi Al-Bantani dengan menelurkan karya Nihayatuz-Zain dan diajarkan di sana,” pungkas Kiai Baso.
Pada Halaqoh Ulama Jakarta tersebut, hadir Pengasuh Pondok Pesantren Al-Wathoniyah As-Shodriyah KH Ahmad Shodri, Pengurus MUI Jakarta Timur dan MUI se-Jakarta Timur, Pengurus Lembaga Dakwah Islam Indonesia (LDII) DKI Jakarta, Muballigh Indonesia Bertauhid (MIB), Masyarakat Cinta Masjid (MCM), Aswaja Centre DKI Jakarta, Ikatan Pesantren Indonesia (IPI), dan Pimpinan Pondok Pesantren se-DKI Jakarta.
Selain Kiai Ahmad Baso yang tampil sebagai narasumber, hadir pula narasumber lainnya yakni Aktivis NU Gus Rijal Mumazziq dan Sekjen IPI KH Abdul Fattah yang berbicara tentang pemberdayaan ekonomi umat berbasis pesantren. (Aru Elgete/Abdullah Alawi)