Nasional

MTQ Nasional Ke-29 Catatan Bersejarah bagi Kalimantan Selatan

Kam, 13 Oktober 2022 | 11:00 WIB

MTQ Nasional Ke-29 Catatan Bersejarah bagi Kalimantan Selatan

Tangkap layar Gubernur Kalimantan Selatan Sahbirin Noor pada Pembukaan MTQ Tingkat Nasional ke-29 Tahun 2022 di Astaka Utama Kiram Park, Kabupaten Banjar, Kalimantan Selatan, Rabu (12/10/2022).

Banjar, NU Online
Gubernur Kalimantan Selatan Sahbirin Noor mengatakan bahwa penyelenggaraan Musabaqah Tilawatil Qur’an (MTQ) Nasional Ke-29 merupakan catatan bersejarah bagi Kalimantan Selatan setelah 52 tahun Kalimantan Selatan kembali menjadi tuan rumah Musabaqah Tilawatil Qur’an (MTQ) Nasional.


"Penyelenggaraan Musabaqah Tilawatil Qur’an Nasional yang ke-29 ini menjadi catatan bersejarah bagi daerah kami, setelah 52 tahun Kalimantan Selatan menjadi tuan rumah MTQ Nasional yang ketiga pada tahun 1970," ujarnya dalam sambutan pada acara Pembukaan MTQ Tingkat Nasional Ke-29 Tahun 2022 di Astaka Utama Kiram Park, Kabupaten Banjar, Kalimantan Selatan, Rabu (12/10/2022).


Lebih lanjut ia mengatakan bahwa kepercayaan sebagai tuan rumah Musabaqah Tilawatil Qur’an Nasional Ke-29 mengandung tanggung jawab besar dalam menyukseskan baik sukses dari sisi penyelenggaraan, maupun sukses prestasi.


"Lebih dari itu, tentu substansi dan makna dari Mustabaqah Tilawatil Qur’an Nasional di Provinsi Kalimantan Selatan ini kiranya menggerakan seluruh umat islam untuk lebih mencintai Al-Qur'an, menjadikan Al-Qur'an sebagai bacaan utama, serta menempatkan Al-Qur'an sebagai rujukan dan solusi di dalam memecahkan berbagai persoalan kehidupan," imbuhnya.


Sementara itu Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas (Gus Yaqut) menjelaskan bahwa Musabaqah Tilawatil Qur’an (MTQ)  dari tingkat kecamatan hingga nasional merupakan madrasah bagi generasi muda dalam mengenal dan mencintai Al-Qur’an.


"Perehelatan MTQ yang digelar dari tingkat kecamatan hingga nasional sesunggunya adalah madrasah bagi generasi muda kita dalam mengenal dan mencintai Al-Qur’an. Artinya kita telah memiliki kawah candaradimuka yang berjenjang dari kecamatan hingga nasional," ujar Gus Yaqut dalam sambutannya.


Menurutnya perehelatan MTQ bukan hanya mejadi sebuah kebanggaaan, tetapi juga tantangan bagi pemerintah untuk memfasilitasi pecinta Al-Qur’an dalam mendalami dan mengembangkan kajian.


"Di setiap kabupaten, bahkan kecamatan telah hadir halaqah-halaqah tilawah, menghafal Al-Qur'an dan lain sebagainya. Keberadaan madrasah bagi para pecinta Al-Qur'an ini tentu sejalan dengen renacana pembangunan nasional bidang agama, yaitu melahirkan generasi beriman yang taat dan patuh dalam bingkai NKRI," imbuh pria yang akrab disapa Gus Men.


Gus Yaqut meminta dukungan dukungan dari seluruh masyarakat Indonesia untuk terus mengembangkan fasilitas-fasilitas pendiidkan Al-Qur’an, dan berharap agar Musabaqah Tilwatil Qur’an (MTQ) menjadi madrasah bagi harmoni Indonesia.


Gus Yaqut menyebut Musabaqah Tilawatil Qur’an (MTQ) Nasional ke 29 dikuti sebanyak 1.676 peserta dari 34 provinsi, dan 135 dewan hakim. Para peserta juga telah melewati tahapan pendaftaran dan verifikasi yang sangat ketat, khususnya dalam memastikan dokumen pendudukan sebagai syarat mewakili daerahnya masing-masing.


"Pada momen ini pula sebanyak 8 cabang musabaqoh dengan 23 golongan akan diperlombakan. Cabang-cabang tersebut diperlomabakan dengan pengawasan para dewan hakim yang terdiri dari utusan seluruh Indoenesia. Para dewan hakim ini selain mendapatkan pembinaan juga melewati seleksi yang cukup ketat, bertujaun agar terjaring para dewan hakim yang cakap secara keilmuan dan moralitas." paparnya.


Dalam setiap momen Musabaqah Tilawatil Qur’an (MTQ) juga menyertakan kelompok disabilitas tunanetra.


"Kita semua patut berbangga bahwa dalam setiap momen MTQ menyertakan saudara-saudara kita dari kelompok disabilitas tunanetra. Mereka berlomba dengan kemampuan tilawah yang sangat merata. Di tengah keterbatasan mereka hadir memberikan inspirasi bagi seluruh negeri untuk terus optimis menyongsong hari esok, dan menjalani kehidupan dengen penuh semangat," pungkasnya.


Kontributor: Malik Ibnu Zaman
Editor: Kendi Setiawan