Nasional

Muslimat NU Persiapkan Masyarakat Lakukan Jaminan Kualitas Persalinan

Rab, 23 Maret 2022 | 09:00 WIB

Muslimat NU Persiapkan Masyarakat Lakukan Jaminan Kualitas Persalinan

Muslimat Nahdlatul Ulama.

Jakarta, NU Online

Pimpinan Pusat Muslimat NU dalam hal ini Yayasan Kesejahteraan Muslimat Nahdlatul Ulama (YKMNU) melakukan edukasi masyarakat tentang langkah-langkah untuk mempersiapkan persalinan dengan baik.

 

Hal ini mengingat angka kematian ibu dan bayi masih cukup tinggi sehingga persiapan yang matang dalam persalinan dinilai menjadi pondasi utama dalam menjamin kesehatan ibu dan bayi.


“Untuk meningkatkan kualitas dan kapasitas dari para relawan untuk melaksanakan tugas sebagai relawan bisa lebih baik dan bisa juga mampu mengedukasi masyarakat sekitarnya,” kata Ketua YKMNU Hj Endang Sulistinah saat memberikan sambutan pada Webinar dengan tema Persiapan Persalinan untuk Menjamin Kualitas Hidup Ibu dan Bayi pada Selasa (22/3/2022) itu.


Endang menyampaikan bahwa webinar ini diikuti oleh relawan dari 38 kabupaten dan kota dari berbagai wilayah di Indonesia, mulai dari Jawa, Bali, Lombok, Nusa Tenggara Timur, Lampung, Kalimantan Barat, Kalimantan Utara, hingga Natuna.


Ia juga mengatakan, bahwa saat ini, YKMNU telah memiliki 41 inkubator dan diharapkan bisa mencapai 50 di akhir tahun ini.

 

“Harapan kami inkubator ini akan terus bertambah. Mudah-mudahan sampai akhir tahun 2022 ini bisa sampai 50 pasang. Program ini juga kerja sama dengan Yayasan Bayi Prematur Indonesia dan Fakultas Teknik UI,” jelasnya.


Kematian ibu dan anak bisa dicegah

Dalam kegiatan ini, Ketua Departemen Obstetri dan Ginekologi UGM dr Detty Siti Nurdiati menegaskan bahwa kematian ibu dan bayi dapat dicegah.

 

Menurut dia sudah banyak hal yang ditemukan yang berbasis bukti ilmiah terkini dan terbaru. Banyak yang sebetulnya bisa dilakukan. Namun, ia mengungkapkan bahwa hal tersebut masih membutuhkan kerja keras bersama.


Detty menjelaskan bahwa dulu paling banyak kematian ibu disebabkan infeksi, kemudian pendarahan, kemudian hipertensi. Saat ini, pendarahan sudah bisa diturunkan. Namun, hal ini kematian bayi saat ini lebih banyak karena perinatal.


“Selama kehamilan dan persalinan menjadi titik tolak bekerja bersama-sama. Hipertensi dan praeklamsia jangan sampai terjadi baru ditangani,” katanya.


“Kita bisa mencegahnya dengan memberikan kalsium 3 x 500 gr. Praeklamsia bisa menyebabkan prematur dan meningkatkan kematian bayi,” lanjut dokter yang menamatkan studi pendidikan tingginya di Swedia itu.


Untuk mengurangi angka kematian bayi, terang Detty, pemerintah telah menerapkan (setidaknya) empat strategi intervensi, yakni (1) peningkatan akses layanan bagi ibu bayi, (2) peningkatan kualitas layanan bagi ibu dan bayi, (3) penguatan tata kelola, dan (4) pemberdayaan masyarakat.


Lebih lanjut, ia menegaskan bahwa sembilan bulan dalam kandungan menentukan hidup orang di dalamnya. Karenanya, kehamilan itu perlu dirawat dengan sebaik mungkin.

 

Hal ini dapat dilakukan dengan (1) Mempersiapkan diri secara fisik, psikis, sosio-kultur, dan ekonomi, (2) mengetahui kesehatan diri dan mengenali risiko, (3) mengetahui layanan kesehatan yang berkualitas, (4) menjaga komunikasi dengan petugas kesehatan, dan (5) mempelajari, melaksanakan, dan mengisi buku KIA 2020.


Sebagai informasi, kegiatan ini digelar atas kerja sama dengan Pusat Kebijakan dan Manajemen Kesehatan (PKMK) Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan Keperawatan (FK KMK) Universitas Gadjah Mada Yogyakarta.


Pewarta: Syakir NF

Editor: Fathoni Ahmad