Nasional NGAJI RAMADHAN

Mustasyar PBNU: Malas Berinfak Termasuk Golongan Tertipu

Sel, 23 Juli 2013 | 18:00 WIB

Kudus, NU Online
Mustasyar Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Sya’roni Ahmadi mengajak umat melaksanakan dengan harta. Sebab, harta benda seisinya adalah titipan dari Allah yang pada akhirnya akan kembali kepada-Nya.
<>
“Bila manusia sudah mati, harta benda dari bumi dan langit seisinya menjadi kekuasaannya Allah. Makanya mumpung masih hidup, berinfaklah untuk sabilillah,” katanya saat melanjutkan keterangan ayat 10-15 Surat Al-Hadid dalam pengajian Tafsir Al-Qur’an di Masjid al-Aqsha Menara Kudus, Selasa (23/7) pagi.

Di depan ribuan jamaah, ulama kharismatik tersebut menjelaskan, berinfak kepada sabililah adalah menyumbangkan harta benda untuk kepentingan menegakkan agama Allah. Kategori sabilillah itu berupa untuk pembangunan masjid, musholla, pondok pesantren, madrasah, tempat-tempat pengajian, dan bentuk kebaikan lainya.

Berinfak, terang Mbah Sya’roni, akan mendapat pahala (balasan) dari Allah. Orang berinfak pahalanya berbeda-beda antara besar dan kecil sesuai kadar infaknya. Diceritakan dalam ayat ini, beinfak sebelum kota Makkah dikuasai Nabi Muhammad itu lebih besar pahalanya setelah Makkah dikuasai.

“Meskipun berbeda-beda pahalanya, semua yang berinfak mendapat pahala di surga. Pahala itu tergantung amalannya, namun meski berinfak banyak maupun sedikit tetap ada balasannya,” jelasnya.

Orang yang tidak mau berinfak, kata Mbah Sya’roni, termasuk golongan yang tertipu. Dengan mengutip syair Ba’dhul Fudhola’, ia menerangkan orang yang selalu mengumpulkan dan memikirkan harta benda untuk angan-angan yang belum diketahui waktunya.

“Misalnya, orang berlimpah harta sudah merancang membuatkan rumah untuk cucunya padahal belum jelas lahirnya seorang cucu. Orang yang demikian tertipu oleh angan terlalu tinggi, ini tidak baik,” terangnya.

Pada penjelasan ayat lainnya, Mbah Sya’roni menerangkan hidup di dunia pasti akan selalu ribut (rekoso) sebagaimana nash Al-Qur’an. “Oleh karenanya, kita harus selalu bersabar,” imbaunya.

Mbah Sya’roni melanjutkan, barang siapa yang mau mengutangi Allah maka bakal dibalas berlipat-lipat oleh Allah. Kata utang merupakan kiasan menyuruh berinfak yang pada akhirnya nanti Allah akan mengganti.

Kenapa Allah tidak memberikan balasan sekarang? Mbah Sya’roni menerangkan Allah memberikan balasan di surga supaya manusia tidak kaget dan disibukkan dengan balasan-Nya tersebut.

“Bayangkan saja, bila balasan Allah dengan gedung berupa emas diberikan langsung di dunia, manusia pasti sibuk ngrumati pemberian-Nya. Jadi, Allah menyimpannya untuk di akhirat nanti,” terangnya.

Pengajian tafsir yang berlangsung tiap hari selama bulan Ramadhan ini,diikuti ribuan jamaah dari berbagai daerah Kudus,Jepara dan sekitarnya.Saking membludaknya jamaah, pihak pengurus masjid menyediakan layar lebar di tempat parkir dan jalan depan Menara Kudus.


Redaktur     : Abdullah Alawi
Kontributor : Qomarul Adib