Nasional

Nadirsyah Hosen Inisiasi Pendirian Pesantren di Australia

Sel, 23 Agustus 2016 | 13:00 WIB

Nadirsyah Hosen Inisiasi Pendirian Pesantren di Australia

Nadirsyah Hosen (Foto: Pribadi)

Surabaya, NU Online
Kondisi umat Islam serta tantangan dakwah di Australia tak jauh beda dengan Indonesia. Hal itu disampaikan Nadirsyah Hosen, Rais Syuriyah PCINU Australia-New Zealand saat menjadi pembicara utama pada Seminar Nasional dan Lokakarya Perkembangan Dakwah Islam di Eropa dan Asia Pasifik di Twin Tower UIN Sunan Ampel Surabaya, Selasa (23/8).

Menurut dosen senior Monash Law School ini, gerakan radikal di Australia saat ini sudah mulai memasuki masjid dan sekolah-sekolah Muslim. Supaya virus ini tidak terus menebar terlalu jauh, PCINU Australia mengantisipasinya dengan meminta NU di tanah air menginisiasi pendirian pondok pesantren di Australia.

Masuknya Islam radikal di Australia, lanjutnya, disebabkan pemerintah Australia saat ini sedang gencar mengimport imam masjid dari berbagai negara, termasuk negara-negara Timur Tengah. "Merekakan tidak tahu mana Islam radikal dan tidaknya, yang penting muslim dan bacaan Al-Qur'annya bagus," jelas Nardirsyah.

"Kita kenalkan kepada publik Australia sistem pendidikan pesantren itu seperti apa dengan membawa bukti pesantren di Indonesia mampu melahirkan muslim-muslim moderat, progresif dan tentu menebar Islam yang Rahmatal lil Alamin," kata Nardiansyah saat ditemui NU Online usai acara.

Tentu ini bukan pekerjaan yang sederhana. Nasdiansyah berharap tidak hanya NU saja yang turun tangan akan tetapi ada perhatian serius dari pemerintah, khususnya Kementerian Agama maupun Kedubes Australia, menginisiasi pembentukan cabang pesantren di Australia.

Konsep itu tentu harus dimatangkan terlebih dahulu. Saat ini, penggagas NU di Australia ini menjalin komunikasi dengan Akh Muzakki, Sekertaris PWNU Jawa Timur dan para pengasuh pesantren di Jawa Timur.  

Diakui Nardisyah bahwa ini bukanlah pekerjaan yang sederhana. Mendirikan masjid dan sekolah sering kali menjadi persoalan tersendiri. Untuk itu harus ada perencanaan strategis apalagi di tengah-tengah ada kecenderungan masyarakat Autralia antipati terhadap Islam.

"Karena itu kita harus hati-hati menjelaskan ke publik Australia. Bahwa jawaban radikalisme itu bukan menghambat orang untuk belajar Islam, tapi untuk belajar Islam dengan benar," pungkasnya. (Rof Maulana/Zunus)