Nasional MAULID NABI

Ngaji Suluk Maleman: Menjalani Kehidupan dengan Akhlak Nabi

Sen, 18 Oktober 2021 | 07:00 WIB

Ngaji Suluk Maleman: Menjalani Kehidupan dengan Akhlak Nabi

Anis Sholeh Baasyin, budayawan yang juga penggagas Ngaji Suluk Maleman. (Foto: dok. Suluk Maleman)

Jakarta, NU Online

Datangnya momentum Maulid Nabi Muhammad saw harus menjadi bahan perenungan, umat Muslim patut untuk kembali belajar pada kanjeng Nabi dalam menjalani kehidupan.


Hal itu kembali diingatkan dalam gelaran Suluk Maleman episode ke-118 Sabtu kemarin. Bila ingin mendapatkan syafaatnya, dibutuhkan kemauan untuk belajar tentang kehidupan Kanjeng Nabi itu sendiri.


“Rasul pernah bersabda jika beliau diutus untuk memperindah, mengutamakan, membuat paling utama kemuliaan akhlak,” ujar Anis Sholeh Baasyin, budayawan yang juga penggagas Ngaji Suluk Maleman.


Keindahan Nabi Muhammad bahkan sudah terlihat jauh sejak sebelum mendapatkan wahyu. Rasul mendapatkan sifat shidiq dan amanah sebelum menjadi Nabi. Selain itu Kanjeng Nabi juga tidak terpengaruh budaya maupun pemikiran jahiliyah yang saat itu tengah berkembang.


Sementara itu, narasumber lain, Ilyas Arifin mengatakan, ada satu pembelajaran yang begitu penting untuk kembali dipelajari saat ini. Yakni betapa Kanjeng Nabi tak pernah menyimpan dendam dan senantiasa berprasangka baik. Sekali pun kepada orang yang memusuhinya.


“Bahkan kepada orang kafir pun, Kanjeng Nabi berfikir nantinya masih dimungkinkan dapat melahirkan keturunan orang-orang soleh. Kanjeng Nabi juga tak pernah meminta untuk membinasakan orang yang ingkar atau membangkang. Beliau justru meminta syafaat untuk umatnya,” jelas Ilyas Arifin.


Meski begitu, fakta sejarah menyebut jika tak sedikit anak dari orang kafir justru menjadi sahabat Nabi. Seperti Walid, yang begitu menentang Nabi Muhammad, namun putranya Khalid justru menjadi panglima andalan Rasulullah.


“Abu Lahab juga memiliki putri yang setia pada kanjeng Nabi bahkan mengikuti ketika hijrah. Begitu juga Ikrimah, putra dari Abu Jahal,” terang Ilyas.


Hal itu menunjukkan jika sudut pandang Rasul begitu luas dan patut ditiru. Syafaat Nabi Muhammad juga menjadi salah satu bentuk nyata kasih sayang kepada seluruh umatnya.


“Bahkan orang yang hanya punya setengah biji zarah keimanan pun, Nabi tidak rela jika orang tersebut tidak masuk surga,” ujarnya.


Keluhuran akhlak itulah yang sepatutnya dipelajari saat ini. Umat Islam harusnya telah mendengar serta belajar terkait akhlak yang telah dicontohkan Kanjeng Nabi.


“Harusnya kita belajar dari Kenjeng Nabi,” imbuh Ilyas.


Senada, Saratri Wilonoyudho mengamini jika Kanjeng Nabi itu senantiasa memikirkan orang lain terutama umatnya. Bahkan sesaat sebelum meninggal dunia, Kanjeng Nabi masih memikirkan tentang umatnya.


Dalam Suluk Maleman yang digelar pada Sabtu (17/10) kemarin, juga turut dimeriahkan dengan koleksi Sampak GusUran. Terlihat ribuan masyarakat antusias menyaksikan ngaji budaya itu dari berbagai kanal media sosial.


Pewarta: Fathoni Ahmad

Editor: Kendi Setiawan