Tangerang Selatan, NU Online
Untuk pertama kalinya NU Care-LAZISNU mengadakan kegiatan pemberdayaan ekonomi difabel atau Karyabel (Karyabel), Sabtu (27/4). Program dilaksanakan dengan menggandeng para kaum difabel mengikuti pelatihan digital marketing di Hotel Marylin, Serpong, Tangerang Selatan, Banten.
"Di tahun-tahun sebelumnya, kita NU Care-LAZISNU juga mendampingi sahabat-sahabat difabel, semisal komunitas Difabel Blora Mustika di Blora dan juga komunitas difabel di Bekasi. Ini (Karyabel) perdana digelar di tahun 2019 di Tangsel," ungkap Manajer Program NU Care-LAIZSNU, Anik Rifqoh.
Hal yang menarik, kata perempuan yang akrab disapa Ninok ini, para penyandang disabilitas meski secara kasat mata memiliki keterbatasan, namun keterbatasan itu mereka ubah menjadi ketidakterbatasan.
"Asa, tekad yang kuat. Seperti sahabat-sahabat difabel di Blora. Mereka membatik. Mereka memproduksi batik tulis sendiri. Dipasarkan sendiri. Ya, mereka memberdayakan ekonomi secara mandiri. Juga di Bekasi, mereka berdaya melalui seni musik dan membuka jasa jahit pakaian," paparnya.
Ninok mengatakan, sama seperti di Blora atau di Bekasi, kini NU Care-LAZISNU juga akan mendampingi para difabel di Tangsel.
"Di Blora kami juga menggelar pelatihan digital marketing seperti ini dengan menghadirkan para praktisi. Kami juga menyalurkan bantuan alat produksi. Intinya, kami ingin membersamai sahabat-sahabat difabel," tegasnya.
Diperlukan Dukungan Berkelanjutan
Ketua Advokasi untuk Disabilitas Inklusi (Audisi), Yustitia Arief, menyebut bahwa kegiatan tersebut adalah upaya membangun ekonomi produktif bagi para difabel.
"Ini kesempatan berharga bagi kami. Karya mereka, para difabel, akan bisa membangun ekonomi yang produktif," ucap Yusti.
Yusti berharap, apa yang bisa kita lakukan agar bisa berkelanjutan. Menurut Yusti, banyak pelatihan difabel tapi tidak berkelanjutan. Ia mengungkapkan jika kaum difabel mempunya produk, tinggal dibantu pemasaran.
Muncul ide digital marketing sebagai hal yang tepat untuk membantu memasarkan produk-produk dan karya kaum difabel. "Tidak hanya memasarkan produk tapi memasarkan juga kemampuan yang dimiliki teman-teman difabel," ujarnya.
Karena itu pihaknya menyampaikan mengapresiasi NU Care-LAZISNU dengan pelaksanaan kegiatan tersebut.
Terbatas, tapi Tak Putus Asa
Para penyandeng disabilitas peserta kegiatan tersebut berlatar belakang usaha atau pekerjaan yang berbeda-beda. Ada yang menjadi juru pijat, tetapi kebanyakan berjualan makanan seperti oreg tempe dalam kemasan, kentang. Ada juga yang berjualan game online.
Salah seorang peserta, Simo, penyandang disabilitas sejak dua tahun, yang saat ini berusia 70 tahun bercerita bagaimana pada usia 68 tahun masih bisa hidup dan memiliki anak.
Ia mengatakan walau terbatas, jangan merasa putus asa apalagi menjauh dari Tuhan. "Saya ingat kata-kata Dokter Soeharso, yang kini namanya diabadikan jadi nama RS di Solo, jangan hitung tubuhmu yang hilang, tapi hitung kemampuanmu," katanya. (Wahyu Noerhadi/Kendi Setiawan)