Nasional

NU Terus Lakukan Peningkatan Kualitas Pendidikan dan Kehidupan Sosial

Jum, 13 Januari 2017 | 05:00 WIB

Majalengka, NU Online
Ada yang ingin menghilangkan peran NU dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Beragam cara mereka lakukan, salah satunya dengan melakukan penghinaan terhadap para Ulama NU dan Kiai Pesantren. Padahal sejarah mencatat dengan tinta emas perjuangan Para Ulama NU dalam kemerdekaan Indonesia dan mengisinya dengan peningkataan kualitas pendidikan dan kehidupan sosial.

Hal itu disampaikan Ketua Lembaga Dakwah PBNU KH Maman Imanulhaq di hadapan ratusan kiai dan ribuan jamaah Haul KH Buchori di Pondok Pesantren Al-Buchorie Garawangi Sumberjaya Majalengka, Ahad (8/1) lalu.

Maman yang juga Anggota DPR RI itu mengingatkan kaum Nahdhiyin tentang sejarah berdirinya NU. Dimana menurutnya NU berdiri berkaitan erat dengan perkembangan pemikiran keagamaan dan politik dunia Islam kala itu. Di antaranya adalah pada tahun 1924, Syarif Husein Raja Hijaz (Makah) yang berpaham Sunni (Ahlussunah wal Jamaah) ditaklukkan oleh Abdul Aziz bin Saud yang beraliran Wahabi.

Wahabi kemudian melarang semua bentuk amaliah keagamaan kaum Sunni, yang sudah berjalan di Tanah Arab dan dunia Islam seperti sistem bermadzhab, tawasul, maulid Nabi, ziarah kubur. Semua  dilarang dan digantikan ajaran wahabi yang a-historis, anti budaya lokal, anti perbedaan dan tidak mau ada dialog. 

"NU lahir sebagai pembela paham Ahlussunah wal Jamaah yang diamalkan para Ulama dan umat Islam di Indonesia sejak lama,” papar Maman.

Kiai muda yang juga pengasuh Ponpes Al-Mizan Jatiwangi, Majalengka ini mengajak jamaah untuk mendakwahkan Islam ramah, toleran, damai serta progresif melalui media sosial untuk menangkal kelompok radikal, intoleran, dan teroris.

Tampak hadir pad kesempatan Haul KH Buchori tersebut Ketua PCNU Majalengka, KH Harun Bajuri, Anggota DPRD FPKB Jawa Barat, H Nasir, Anggota DPRD FPKB Kab. Majalengka M. Jubaedi dan Suheri, Ketua GP Ansor Majalengka, Ahmad Cece Asyfiyadi, Komandan Banser Majalengka, Wahyudin serta tokoh-tokoh ulama dan kiai lainnya. (Ade Duryawan/Fathoni)