Orang Tua Diimbau Tak Panik dan Tetap Waspada Hepatitis Akut Misterius pada Anak
Kamis, 5 Mei 2022 | 22:00 WIB
Jakarta, NU Online
Saat in publik tengah dikejutkan dengan kasus hepatitis akut misterius yang terjadi di berbagai negara. Kejadian ini juga menjadi perbincangan warga Indonesia, utamanya saat pemerintah mengungkapkan kasus kematian tiga pasien anak yang diduga akibat hepatitis akut misterius itu.
Dokter Spesialis Anak Konsultan Gastroentero-Hepatologi dr Hanifah Oswari mengimbau para orang tua untuk tidak panik. Kendati demikian, orang tua diminta untuk tetap waspada terkait kondisi anak apabila menemukan gejala hepatitis yang serupa pada anak.
Berdasarkan laporan di banyak negara, Hanifah mengatakan kasus dugaan hepatitis akut ini terjadi mayoritas pada kelompok usia anak.
“Sudah diteliti bahwa kasus tertua itu 16 tahun, dan ternyata kebanyakan itu di bawah 10 tahun. Bahkan Inggris mengatakan bahwa itu (penyakit hepatitis akut misterius) lebih banyak terjadi pada anak di bawah 5 tahun. Kelihatannya penyakit ini khusus mengenai anak-anak saja,” terang Hanifah dalam konferensi pers Update Perkembangan Kasus Hepatitis Akut di Indonesia pada Kamis (5/5/5022).
Dalam kesempatan yang sama, Juru Bicara Vaksinasi Covid-19 Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Siti Nadia Tarmizi mengonfirmasi bahwa ketiga pasien anak yang meninggal tersebut negatif Covid-19.
Ketiga pasien tersebut dikabarkan telah mendapatkan perawatan di rumah sakit di daerah Jakarta Barat dan Jakarta Timur. Namun kemudian dirujuk ke Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo. Saat dirujuk, ketiganya dilaporkan sudah dalam kondisi stadium lanjut.
Melihat kondisi ketiga pasien tersebut, gejala-gejala yang terjadi menyerupai dengan hepatitis akut misterius.
“Ketiga kasus belum bisa kita golongkan ke dalam hepatitis akut. Ini baru masuk klasifikasi pending classification. Perlu ada cek Adenovirus dan Hepatitis E, selama 10-14 hari," kata Nadia.
Gejala dan pencegahan
Dugaan kejadian hepatitis akut misterius itu terjadi pada tiga pasien anak di Indonesia. Ketiga anak tersebut berusia 2 tahun, 8 tahun, dan 11 tahun. Gejala awal yang dilaporkan adanya gangguan pada saluran pencernaan seperti mual, muntah, diare, dan demam.
Hanifah menjelaskan, penyebab penularannya melalui saluran cerna dan napas. Karena itu, terdapat upaya pencegahan bisa dilakukan untuk melindungi agar jangan sampai anak-anak terinfeksi virus melalui jalan masuknya virus.
“Yang pertama untuk menjaga dari saluran napas, kita bisa mencuci tangan dengan sabun, terutama kalau saat ingin makan dan minum. Jagalah kebersihan dengan mencuci tangan dengan sabun dan memastikan makanan atau minuman yang dikonsumsi itu matang dan tidak menggunakan alat-alat makan bersama dengan orang lain,” papar Hanifah.
“Menghindari kontak anak-anak kita dari orang yang sakit agar anak kita tetap sehat. Untuk mencegah infeksi dari saluran napas, kita bisa melakukan prokes seperti menjaga jarak dan memakai masker,” tambahnya.
Kontributor: Nuriel Shiami Indiraphasa
Editor: Muhammad Faizin
Terpopuler
1
Ketum PBNU dan Kepala BGN akan Tanda Tangani Nota Kesepahaman soal MBG pada 31 Januari 2025
2
Ansor University Jatim Gelar Bimbingan Beasiswa LPDP S2 dan S3, Ini Link Pendaftarannya
3
Rahasia Mendidik Anak Seperti yang Diajarkan Rasulullah
4
Pemerintah Keluarkan Surat Edaran Pembelajaran Siswa Selama Ramadhan 2025
5
5 Masalah Bakal Dibahas Komisi Maudhu'iyah di Munas NU 2025, Berikut Alasannya
6
Larangan Justifikasi Kebakaran California sebagai Azab
Terkini
Lihat Semua