Nasional MUNAS-KONBES NU 2017

PBNU Apresiasi Pemerintah dalam Tiga Hal

Kam, 23 November 2017 | 07:10 WIB

Mataram, NU Online
Prosesi pembukaan Musyawarah Nasional Alim Ulama dan Konferensi Besar Nahdlatul Ulama (Munas-Konbes NU) 2017 berlangsung di kawasan Islamic Center Provinsi Nusa Tenggara Barat, Kota Mataram, Kamis (23/11) siang. Dalam acara yang dihadiri Presiden Joko Widodo itu, PBNU mengapresiasi terhadap pemerintah dalam tiga hal.

Ketua Umum PBNU KH Said Aqil Siroj mengapresiasi dan mendukung pengesahan Perppu Nomor 2 Tahun 2017 tentang Organisasi Kemasyarakatan sebagai ikhtiar mengatasi radikalisme.

"Merupakan keberanian Bapak Presiden dalam menghentikan, menyetop, aliran radikal," ucap Kiai Said di hadapan hadirin.

Tetapi, menurutnya, upaya deradikalisasi harus berjalan seiring dengan ikhtiar Pemerintah meningkatkan kesejahteraan sosial melalui penyediaan lapangan kerja yang luas, menekan kesenjangan dan mendorong pemerataan, memperbanyak pelayanan dan fungsi jaminan sosial, serta menggalakkan program pembangunan ekonomi inklusif.

Kedua, Ketum PBNU mengapresiasi Presiden Jokowi yang mengakui jasa dan saham santri dalam berdiri dan tegaknya NKRI dengan menetapkan tanggal 22 Oktober sebagai Hari Santri. Menurut Kiai Said, santri dan pesantren telah terbukti dan teruji dalam perjuangan nasional dengan mengusung slogan hubbul wathan minal iman (nasionalisme bagian dari iman). 

PBNU juga mengapresiasi Presiden Jokowi yang membatalkan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Permendikbud) Nomor 23 Tahun 2017 yang mengatur waktu sekolah 5 hari dalam seminggu atau 8 jam dalam sehari dengan Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 87 Tahun 2017 tentang Penguatan Pendidikan Karakter.

Upacara pembukaan Munas-Konbes NU dihadiri ribuan orang, termasuk peserta resmi forum ini yang terdiri dari jajaran pengurus PBNU, ratusan delegasi dari 34 Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU), serta 31 badan otonom dan lembaga NU. Turut diundang pula para petinggi lintas partai politik, pimpinan ormas Islam, pejabat tinggi negara, peneliti, dan duta besar negara-negara sahabat.

Forum tertinggi kedua di NU itu mengusung tema Menguatkan Nilai-nilai Kebangsaan melalui Gerakan Deradikalisasi dan Penguatan Ekonomi Warga. Perhelatan akbar ini melibatkan lima pesantren yang tersebar di alamat berbeda antara Kota Mataram dan Kabupaten Lombok Barat. (Mahbib Khoiron)