Nasional

PBNU: Jangan Berlebihan Respons Hasil Hitung Cepat Pemilu

Rab, 17 April 2019 | 12:30 WIB

Jakarta, NU Online
Pemilihan Umum Serentak 2019 telah diselenggarakan di seluruh daerah di Indonesia, Rabu (17/4). Sesuai jadwal dari Komisi Pemilihan Umum (KPU), penghitungan suara dilakukan di hari yang sama hingga keesokan harinya (17-18 April).

Proses penghitungan dijadwalkan selesai secara nasional pada 22 Mei 2019. Meski demikian, sejumlah lembaga survei telah mempublikasikan hasil exit poll dan quick count (hitung cepat). Terkait hal ini, Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) mengimbau warga untuk tidak merespons hasil hitung cepat secara berlebihan.

Ketua PBNU Robikin Emhas mengatakan, penyelenggara pemilu dengan disaksikan oleh saksi capres-cawapres dan pengawas pemilu akan melakukan rekapitulasi perolehan suara pasangan capres-cawapres berjenjang dari desa/kelurahan, kecamatan, kabupaten/kota, provinsi hingga tingkat nasional.

Menurutnya, rekapitulasi perolehan suara berjenjang ini membutuhkan waktu cukup lama. Hasil akhir pemungutan suara baru akan diketahui secara final usai rekapitulasi perolehan suara pasangan capres-cawapres di tingkat nasional oleh KPU RI bulan Mei 2019. Kita memakluminya karena KPU melakukan penghitungan dan rekapitulasi perolehan suara secara manual. Bukan elektronik yang rentan risiko diretas.

“Hari ini juga akan kita jumpai berbagai lembaga survey merilis hasil exit poll dan quick count. Yang perlu dicatat, exil poll dan quick count bukan real count,” ujar Robikin di Jakarta.

Secara akademis, hasil exit poll dan quick count merupakan cerminan hasil pemilu. Namun bukan merupakan hasil akhir pemilu yang secara legal dapat dijadikan dasar penetapan perolehan suara capres-cawapres. Hasil akhir perolehan suara pilpres adalah yang kelak ditetapkan dan diumumkan KPU Mei mendatang. 

“Untuk itu saya berharap masyarakat tidak merespon hasil pilpres yang dirilis oleh berbagai lembaga survei secara berlebihan. Kita sambut rilis hasil exit poll, quick count bahkan real count yang dilakukan oleh berbagai lembaga survei secara lumrah layaknya masyarakat terdidik meresponnya, yakni merespons dengan mengedepankan budaya saling menghargai dan menghormati yang cukup tinggi,” katanya.

Ia mengaku percaya bangsa Indonesia sudah maju dalam berdemokrasi. Sehingga tidak akan ada yang mempertaruhkan rasa kesatuan dan persatuan bangsa hanya karena merespons hasil pemilu yang dirilis lembaga survei secara emosional dan tak berbudaya. “Masyarakat kita sudah cerdas. Pemilu akan berlangsung damai. Saya yakin itu.” 

“Betapa pun kita yakin, siapa pun yang terpilih sebagai presiden dan wakil presiden dalam pilpres adalah pilihan terbaik rakyat yang sekaigus harus kita yakini sebagai yang terbaik untuk bangsa dan negara Indonesia,” pungkasnya. (Mahbib)