Nasional

Pemilik Lahan Ungkap Fakta Timbunan Bansos Presiden di Depok

Rab, 3 Agustus 2022 | 13:30 WIB

Pemilik Lahan Ungkap Fakta Timbunan Bansos Presiden di Depok

Lokasi dugaan penimbunan sembako bantuan presiden di Lapangan KSU, Sukmajaya, Kota Depok, Senin (1/8/2022). Beras bantuan sosial tersebut ditimbun di Depok, diduga dipendam 2 tahun lalu saat awal Covid-19 di Indonesia. (Foto: kompas.com)

Jakarta, NU Online

Baru-baru ini, masyarakat dihebohkan dengan penemuan sebuah lahan kosong yang terdapat timbunan bantuan sosial dari Presiden (Banpres) Joko Widodo untuk masyarakat terdampak Covid-19. Timbunan banpres itu ditemukan di Kecamatan Sukmajaya, Kota Depok, Jawa Barat. 


Pemilik lahan kosong tersebut, Rudi Samin, mengatakan bahwa di dalam karung-karung sembako itu terdapat banyak sekali item bantuan. Bahkan ada tepung terigu dan telur yang sudah membusuk.

 

Selain itu, Rudi menemukan ada logo Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dan Perum Badan Urusan Logistik (Bulog). Bantuan ini disebut-sebut bekerja sama dengan sebuah penyedia jasa layanan ekspedisi.


Rudi Samin bercerita, ia selalu mengawasi lahan kosong yang dimilikinya itu. Namun, ia tidak melihat bahwa di sana ada penimbunan sembako. Sebab ada beberapa pihak yang menggunakan lahan miliknya itu dengan dibekingi oknum bersenjata lengkap. 


"Ada oknum bekekuatan, bersenjata menyewakan lahan saya kepada orang-orang yang menyewa tanah saya. Bukan hanya JNE saja, tapi ada orang yang berjualan di situ. Semua berbayar kepada oknum, Rp1,5 juta sebulan. Ada 50 orang menggunakan lahan itu," ungkap Rudi dalam sebuah galawicara di Kompas TV dilihat NU Online, Rabu (3/8/2022).


Rudi mengaku telah menegur dan mendatangi oknum tersebut. Ia juga berkirim surat. Namun surat yang dikirimnya selalu saja dikembalikan. Oknum itu pun tak mau mendengarnya, padahal Rudi memiliki hak atas kepemilikan tanah itu.


Awalnya, Rudi mendapat informasi dari orang dalam JNE yang mengabarkan bahwa terdapat timbunan sembako dengan berat 3,6 ton di atas tanah miliknya.  Dari kabar yang diperoleh itu, Rudi merasa kecurigaannya selama ini terjawab. Ia pun lantas memagari sekeliling lahan kosong itu.


Kemudian, Rudi melayangkan somasi ke pihak JNE pada 25 Juli 2022. Lalu dilakukanlah mediasi. Ia mengaku tak banyak memberi tuntutan. Rudi hanya ingin membongkar lahan itu. 
 

Rudi bilang, manajemen JNE menggunakan lahan kosong itu selama 9 tahun tetapi tidak pernah membayar, karena dibekingi oleh oknum. Ia juga mengaku telah memberikan jalan menuju lahan sejak 1996.  


"Saya ancam, sampai Rabu hari ini kalau tidak ada itikad baik, (jalan) saya tutup. Tanggal 29 alhamdulillah diketemukan (sembako yang ditimbun)," katanya. 


Ia kemudian meminta kepala kepolisian sektor Sukmajaya untuk menyaksikan penggalian tanah itu. Rudi kemudian mengangkat banpres yang telah dipendam JNE itu. 


"Baunya sangat menyengat. Tidak hilang di baju meski sudah dicuci. Ada juga timbunan sembako beras premium. Di dalam karungnya ada logo BUMN, kemudian Bulog. Beratnya ada yang 10 dan 20 kilogram. Saya angkat pertama, beras premium masih utuh, tiga karung saya angkat. Setelah itu saya lapor ke Polres," jelas Rudi.


Polres Kota Depok pun menanggapi, dan menurunkan tim ke lokasi. Lalu, polisi memasang garis kuning di sekitar lokasi galian yang terdapat timbunan sembako itu.

 
"Tidak hanya beras, ada tepung terigu masih utuh, beras, dan telur yang sudah membusuk. Tanah sudah hitam semua. Tanah harus dibawa ke lab dulu untuk menentukan apakah ada minyak goreng atau tidak," jelas Rudi.


Di dalam karung tersebut juga ada informasi lokasi tujuan pengiriman banpers itu. Rudi menyebutkan bahwa tujuannya adalah ke luar pulau Jawa. Di antaranya Papua, Ambon, Nusa Tenggara Timur, Nusa Tenggara Barat, Sulawesi, Kalimantan, dan Lampung.


Penjelasan Bulog

Perum Bulog pun buka suara. Dirilis melalui kanal resminya, pada Selasa (2/8/2022) kemarin, Bulog merinci kronologi yang terjadi. 


Sekretaris Perusahaan Perum Bulog Awaludin Iqbal mengatakan, untuk mempercepat penerimaan beras banpres, Bulog bekerja sama dengan pihak lain sebagai transporter yang mengantarkan beras itu kepada sekitar 3 juta warga penerima manfaat terdampak pandemi Covid-19.


Dijelaskan, pada periode Mei-Juni 2020, pihak pengantar akan mengirimkan beras kepada warga penerima bantuan beras banpres. Namun dalam perjalanannya, ada kendala yang mengakibatkan beras itu mengalami sedikit kerusakan.


Pada saat itu juga, pihak ketiga segera menghubungi Bulog untuk membeli beras pengganti agar segera diantar kepada warga penerima. Pihak ketiga sudah mengganti dengan beras berkualitas baik dan diterima oleh seluruh warga penerima manfaat. 


Sementara beras yang rusak itu menjadi tanggung jawab pihak ketiga, bukan lagi menjadi tanggungjawab Bulog.


Penjelasan JNE

VP of Marketing JNE Express Eri Palgunadi juga menanggapi temuan itu. Ia mengatakan, tidak ada pelanggaran yang dilakukan JNE Express atas ditemukannya sejumlah paket banpres di lahan yang ada di Depok itu.


"Kami sudah melalui proses standar operasional penanganan barang yang rusak sesuai dengan perjanjian kerja sama yang telah disepakati dari kedua belah pihak," ujar Eri dalam keterangannya.


Eri tak menjelaskan lebih jauh kapan bantuan sembako presiden itu dikubur. Ia hanya menegaskan, JNE Express berkomitmen mengikuti segala prosedur dan ketentuan hukum yang berlaku apabila diperlukan.


Pewarta: Aru Lego Triono

Editor: Fathoni Ahmad