Nasional

Pendidikan Nilai dan Karakter Ampuh Halau Intoleransi dan Radikalisme

Sen, 31 Agustus 2020 | 04:00 WIB

Pendidikan Nilai dan Karakter Ampuh Halau Intoleransi dan Radikalisme

Ilustrasi: Santri

Jakarta, NU Online
Guru Besar UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Prof Siti Musdah Mulia mengatakan, di usia negara yang sudah mencapai usia ke-75, Indonesia masih dihadapkan pada ancaman perpecahan yang ditimbulkan oleh intoleransi, radikalisme, dan terorisme.


“Kita patut gembira menyongsong usia ke-75, tetapi kita juga harus waspada akan bahaya intoleransi, radikalisme, dan terorisme yang mengancam di depan mata. Mari kita bersatu menggalang persatuan dan kesatuan untuk bersama-sama mengikis yang ada ini,” ujarnya beberapa waktu lalu.


Ia menyebut, salah satu solusi terbaik dan berjangka panjang yang dapat ditempuh di tengah maraknya ancaman perpecahan demikian itu adalah meningkatkan kualitas pendidikan untuk mengikis ancaman itu. Pendidikan yang ia maksud tidak terbatas pada pembelajaran di sekolah, namun juga pembelajaran nilai dan karakter yang ada di dalam level keluarga.


“Mari kita mendidik anak-anak kita untuk bersikap toleran, bersikap terbuka dalam beragama dan lebih mementingkan aspek-aspek kemanusiaan. Karena kalau di dalam Islam, agama itu adalah rahmatan lil alamin, yang artinya agama harus membawa manfaat bukan saja untuk manusia tapi untuk seluruh alam semesta,” tuturnya.


Pendidikan di dalam keluarga menurutnya, dapat berpengaruh langsung pada perkembangan anak remaja, yang saat ini sangat dekat dengan derasnya informasi yang mengalir di media sosial. Kondisi ini menempatkan ruang lingkup kelompok milenial ini sebagai garda utama dan terdepan dalam membangun toleransi, terlebih karena anak muda saat ini merupakan pemimpin di masa depan.


“Jadi anak muda di dalam bersosialisasi dan bermedsos itu mengedepankan statemen-statemen yang terbuka, yang mencintai negara dan kebangsaan. Mengedepankan prinsip-prinsip nasionalisme, toleransi, dan kemerdekaan di dalam beragama. Karena itu saya pikir anak muda harus menjadi garda terdepan di dalam menjaga kebhinekaan kita,” terang Ketua Lembaga Kajian Agama dan Jender (LKAJ) itu.


Lebih lanjut, Musdah berpendapat bahwa upaya dalam menyemai sifat toleran antar sesama anggota masyarakat tidak bisa hanya dijadikan tugas pemerintah, tanpa keterlibatan masyarakat. Menurutnya, masyarakat harus ikut berpartisipasi dalam upaya tersebut.


“Karena itu seluruh warga negara diharapkan berpartisipasi secara aktif, positif, dan konstruktif, di dalam upaya membangun toleransi dan budaya terbuka yang menghargai sesama manusia. Karena itu menjadi sebuah prinsip yang harus terus dikembangkan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara,” ucapnya.


Pewarta: Ahmad Rozali
Editor: Muhammad Faizin