Nasional

Penerapan Protokol Kesehatan di Pesantren Butuh Teladan Kiai

Rab, 15 Juli 2020 | 12:35 WIB

Penerapan Protokol Kesehatan di Pesantren Butuh Teladan Kiai

Jika tak tidak ada contoh dari para pengasuh, potensi santri mengabaikan standar keamanan di tengah pandemi Covid-19 yang belum mereda ini sangat besar. (Ilustrasi: NU Online)

Jakarta, NU Online

Dalam menyambut kembalinya para santri ke Kajen, Margoyoso, Pati, Jawa Tengah, sejumlah pengasuh pesantren di daerah tersebut telah siap menerapkan new normal (tatanan normal baru). Forum Komunikasi Pengasuh Pesantren se-Kajen (FKPPK) sebelumnya telah mempersipakan protokol kesehatan.  


Menurut Ketua FKPPK KH M Mujiburrachman Ma'mun (Gus Mujib), penerapan protokol kesehatan di pesantren membutuhkan teladan dari para kiai dan keluarganya. Sebab, jika tak tidak ada contoh dari para pengasuh, potensi santri mengabaikan standar keamanan di tengah pandemi Covid-19 yang belum mereda ini sangat besar.


“Jadi, cara paling efektif agar tercipta konsistensi penerapan protokol ini adalah adanya contoh atau teladan dari para kiai dan keluarganya,” ujar Gus Mujib saat dihubungi NU Online dari Jakarta, Rabu (15/7).

 


“Ini juga bertujuan agar beliau-beliau itu juga bisa lebih aman dari penularan virus Corona. Apalagi melihat berita-berita di media, sudah banyak Kiai dan Gus yang terpapar Covid-19,” sambungnya.


Oleh karena itu, lanjut Gus Mujib, dalam setiap pertemuan para kiai di FKPPK pihaknya selalu mengingatkan kepada para kiai agar selalu menjalankan protokol keselamatan Covid secara konsisten. Ini sebagai ikhtiar agar selamat dari penularan virus sekaligus agar bisa ditiru oleh para santri untuk selalu taat menjalankan protokol.


“Protokol-protokol keselamatan dan kesehatan yang sudah kita susun, saya kira akan percuma saja jika tidak secara istiqamah diamalkan,” tegas cucu ulama kharismatik KH Abdullah Salam Kajen ini. 


Menurut Gus Mujib, agar bisa secara konsisten diamalkan, harus ada pengawalan dan pengawasan dalam pelaksanaannya. “Kalau dalam lingkungan pesantren, kita sudah siapkan ta'ziran (hukuman) bagi santri pelanggar protokol tersebut sebagai efek jera,” tandasnya.

 


Pria yang juga Pengasuh Pondok Pesantren Majlis Ta'lim Al-Hikmah (Permata) Kajen ini menambahkan, Satgas FKPPK mendorong setiap pesantren agar mempunyai Pos Kesehatan Pesantren (Poskestren), sekaligus memfasilitasi pengadaan obatnya.


Saat disinggung soal syarat minimal, misalnya, pesantren punya lahan lebih untuk fasilitas tersebut, menurut Gus Mujib tidak harus berupa gedung terpisah. Minimal disisakan satu ruang di antara kamar-kamar santri.


“Satu ruang itu untuk keperluan layanan kesehatan, mulai cek suhu tubuh harian semua santri, hingga untuk tempat penyimpanan almari obat-obatan dalam kondisi darurat,” ujarnya.


Terkait protokol kesehatan yang dikeluarkan oleh FKPPK, Gus Mujib menegaskan itu disusun oleh tim yang ia pimpin.


“Tentu mengambil referensi dari mana-mana. Antara lain dari Kemenkes, RMI PBNU dan sumber-sumber lain yang otoritatif. Lalu, disesuaikan dengan kondisi pesantren di Kajen,” pungkasnya.


Pewarta: Musthofa Asrori

Editor: Fathoni Ahmad