Pengalaman Sekjen PBNU Hadapi Covid-19: Ini Bukan Penyakit Kutukan
Kamis, 3 Desember 2020 | 11:15 WIB
Aru Lego Triono
Kontributor
Jakarta, NU Online
Sekretaris Jenderal (Sekjen) Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) H Ahmad Helmy Faishal Zaini mengungkapkan pengalamannya selama masa karantina setelah dinyatakan positif Covid-19. Semua bermula pada 12 November 2020, saat istrinya Santi Annisa akan melahirkan putri ketiga.
Seperti diketahui, rumah sakit tentu saja menerapkan protokol kesehatan bahwa orang yang ingin melahirkan beserta yang menunggu wajib melakukan tes swab PCR. Hal itu untuk memastikan tidak terpapar Covid-19.
“Maka saya dan istri saya serta ada juga satu keluarga yang menemani melakukan tes PCR. Dan ternyata dari hasil tersebut, hanya saya yang terkonfirmasi positif Covid-19,” kata Kang Helmy, sapaan akrabnya, melalui sebuah tayangan video-audio yang diunggah di akun instagram pribadi, pada Selasa (1/12).
Atas dasar itu, lanjutnya, ia langsung meminta untuk diisolasi di rumah sakit yang berdekatan dengan rumah sakit tempat istrinya melahirkan. Selama isolasi, pada tujuh hari pertama, ia tidak merasakan ada gejala apa pun.
“Kemudian karena merasa baik-baik saja maka saya minta untuk karantina di rumah. Ternyata setelah malam kedua di rumah, mulai ada reaksi baru. Demam sampai 38 derajat,” jelas Sekjen PBNU kelahiran Cirebon, Jawa Barat ini.
“Saya rasakan juga (ketika) makan dan minum itu sudah tidak berasa. Akhirnya besoknya saya meminta dirawat kembali di rumah sakit,” lanjut Kang Helmy.
Kemudian dalam tayangan video itu, ia menegaskan ingin berbagi tips kepada kepada saudara-saudara di Indonesia, bahkan dunia. Menurutnya, Covid-19 ini bersifat pandemik atau global. Dibuatnya video testimoni tersebut bertujuan untuk menemani suasana batin dan psikologis para penderita covid-19.
“Percayalah bahwa ini bukan aib. Penyakit ini bukanlah kutukan. Ini adalah suatu penyakit yang kita ambil hikmahnya bahwa dengan masa kita pemulihan adalah bagian terbaik secara berkualitas agar kita lebih taqarrub atau mendekat kepada Allah (dengan) memperbanyak wirid,” tegasnya.
“Khususnya saya mendapat ijazah (untuk) banyak membaca surat Yasin. Karena (dengan membaca) surat Yasin Allah memberikan keistimewaan-keistimewaan apa yang dihajatkan (akan) dikabulkan sesuai dengan apa yang diinginkannya.” Imbuh Kang Helmy.
Jadi, sekali lagi ia menekankan, bahwa siapa pun yang saat ini terpapar Covid-19 tidak sedang dalam keadaan sendirian. Pasien Covid-19, katanya, bukan sedang terkena aib atau kutukan. Secara tegas, Kang Helmy menyatakan bahwa Covid-19 bukan sejenis penyakit kelamin seperti sepilis.
“(Tapi) ini adalah sebuah penyakit yang bersifat mewabah. Dan kemampuan sembuhnya jauh lebih besar daripada yang tidak sembuh,” ujarnya, menenangkan.
Ia lantas mengajak kepada seluruh pasien Covid-19 untuk harus terus berfikir positif. Kemudian selalu memperbanyak makan. Sebab, Kang Helmy merasakan ketika terpapar Covid-19, makanan itu seperti beban tersendiri.
“Badan kita ingin makan tapi (saat) lihat makanan tidak bisa masuk, karena tidak ada rasa. Jadi, kita paksakan saja makan, badan ini harus ada asupan makanan dan minuman yang cukup,” katanya.
Selanjutnya, perbanyak istirahat selama perawatan. Lalu tetap melakukan olahraga kecil-kecilan seperti jalan kaki sedikit-sedikit. Karena biasanya, ucap Kang Helmy, penderita Covid-19 tidak bisa duduk lama-lama.
“Ngobrol juga tidak bisa lama-lama, berdiri tidak bisa lama-lama. Gelisah, cemas, faktor pikiran juga mendominasi. Maka kita semua harus bisa mengalahkan situasi yang sulit ini,” ungkap Kang Helmy.
“Percayalah biasanya dalam hitungan dua pekan, Covid-19 ini akan segera melunak, dengan catatan tentunya kita ikuti perintah dari dokter. Perbanyak makan vitamin, banyak makan, banyak minum, istirahat yang cukup,” tambahnya, berbagi tips.
Ia mengajak semua penderita Covid-19 yang saat ini sedang dalam masa karantina baik di rumah sakit, di rumah, maupun di beberapa hotel yang menyediakan untuk isolasi, agar bisa selalu berfikir positif. Selain itu, kembalikan semuanya kepada Allah.
“Dan iringan doa dari saya dengan tulus, karena saya merasakan situasi-situasi yang sangat galau sebagai manusia biasa. Saya ingin mengajak kepada semuanya (untuk) tetap optimis. Ingat banyak saudara-saudara kita yang usianya lebih tua, mereka berhasil melewati Covid-19,” katanya.
Kang Helmy sendiri saat ini berusia 48 tahun dan bersyukurnya ia tidak memiliki penyakit penyerta. Kepada penderita Covid-19 lain yang memiliki penyakit bawaan, katanya, harus tetap optimis bakal segera melalui Covid-19 dengan baik.
“Kekuatan yang pertama adalah doa kita, doa keluarga kita. Ingat yang membuat kita semangat itu ada istri kita, ada anak kita, ada ibu kita, ada orang tua kita, ada saudara-saudara kita. Kita harus percaya diri, bahwa kita bisa sembuh, kita pasti akan sehat, kita dapat kembali berkumpul bersama keluarga,” katanya, optimis.
Ia dinyatakan positif sejak 13 November dan akhirnya negatif pada 30 November lalu. Dengan demikian, katanya, hampir 17 hari ia menjalani masa-masa sulit menghadapi Covid-19 dan bolak-balik ke rumah sakit.
Tetap jaga protokol kesehatan
Kang Helmy kemudian mengajak semua pihak untuk tetap menjaga dan mematuhi protokol kesehatan. Ia berharap, jika tidak acara yang memang tidak terlalu penting alangkah baiknya agar tetap di rumah saja.
“Mari kita tetap jaga protokol kesehatan kita, yaitu 3M. Pertama, memakai masker. Masker ini efektif 70 persen bisa terhindar dari penularan. Kedua, mencuci tangan dan yang ketiga ini yang paling sulit adalah menjaga jarak. Menjauhi dari kerumunan,” tuturnya.
Selama Kang Helmy menjalani perawatan, ada seorang dokter yang mengatakan bahwa jika tidak pakai masker dan berbincang dalam jarak 1,5 meter, maka dalam waktu tiga hingga lima menit bicara, Covid-19 akan dengan mudah tertular.
“Jadi bayangkan kalau protokol kita sangat kendur, tentu kita akan jauh dari harapan. Mudah-mudahan usaha saya untuk menemani saudara-saudaraku, keluarga di mana pun berada yang sekarang berada dalam isolasi, percayalah Allah akan memberikan kesembuhan kepada kita semua,” ucap Kang Helmy.
Terakhir, ia menyarankan untuk sering-sering membaca wirid apa pun. Kemudian memperbanyak shalawat, membaca Al-Qur'an, dan berdoa. Menurutnya, hal-hal itulah kunci yang terbaik.
Pewarta: Aru Lego Triono
Editor: Fathoni Ahmad
Terpopuler
1
PBNU Tunjuk Ali Masykur Musa Jadi Ketua Pelaksana Kongres JATMAN 2024
2
Ulama Sufi Dunia Syekh Muhammad Hisham Kabbani Wafat dalam Usia 79 Tahun
3
Ricuh Aksi Free West Papua, PWNU DIY Imbau Nahdliyin Tetap Tenang dan Tak Terprovokasi
4
GP Ansor DIY Angkat Penjual Es Teh Sunhaji Jadi Anggota Kehormatan Banser
5
Khutbah Jumat: Meraih Keselamatan Akhirat dengan Meninggalkan 6 Perkara
6
Lantik 4 Rektor Perguruan Tinggi NU, Waketum PBNU: Tingkatkan Kualitas Pelayanan Akademik
Terkini
Lihat Semua