Nasional IDUL ADHA 1439 H

Penting Belajar Agama yang Hanif dari Nabi Ibrahim dan Ismail

Sel, 28 Agustus 2018 | 07:47 WIB

Jakarta, NU Online
Ketua Periodik Pimpinan Pusat Muslimat Nahdlatul Ulama Hj Mursyidah Thahir mengatakan bahwa momen Idul Kurban atau Idul Adha merupakan peristiwa di mana masyarakat bisa belajar agama yang hanif dari kisah Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail.

“Hanif ini artinya ketundukan. Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail telah menunjukkan ketundukkannya kepada Allah apapun perintah-Nya. Bahkan ketika dirinya diperintah untuk menyembelih Ismail yang kemudian diganti dengan seekor domba,” jelas Mursyidah yang juga Ketua Panitia Kurban saat dihubungi NU Online, Selasa (28/8).

Dosen Institut Ilmu Al-Qur’an (IIQ) Jakarta ini mendorong agar kisah Nabi Ibrahim, Siti Hajar, dan anaknya Nabi Ismail bisa menyadarkan umat Islam betapa pentingnya ketundukkan dan ketataatan kepada Allah.

Baginya, ibadah kurban ini juga sarana manusia mendekatkan diri kepada Allah sehingga gema takbir penting. Hal itulah yang mendorong Muslimat NU untuk tidak memotong hewan rumah pemotongan hewan (RPH).

“Biasanya kita motong di belakang kantor Muslimat NU di Pengadegan. Tetapi karena alasan tertentu, tadinya kita hendak memotong di RPH Cakung. Lalu Ibu Khofifah menyarankan agar pemotongan dilakukan di Pesantren Al-Hikam di Depok agar gema takbir tetap bisa dikumandangkan. Kalau di RPH nggak bisa mengumandangkan takbir,” urai Mursyidah.

Sebelumnya, Sekretaris Panitia Kurban Muslimat NU Hj Marhamah Mujib mengatakan bahwa Muslimat berhasil mengumpulkan 3.800 bungkus daging yang berasal dari total 14 ekor sapi dan 2 ekor kambing.

“Dari jumlah itu kita memotong di dua tempat, pertama di Pusdiklat Muslimat NU di Pondok Cabe yang memotonga 3 ekor sapi dan 2 ekor kambing,” ujar Marhamah. 

Dia menjelaskan, dari pemotongan di Pondok cabe Muslimat NU mengumpulkan 800 bungkus daging kurban yang dibagikan kepada msyarakat di sekitar Pusdiklat Muslimat NU Pondok Cabe.

Tempat pemotongan kedua dilakukan di Pondok Pesantren Al-Hikam Depok yang didirikan KH Hasyim Muzadi almarhum. “Di sini kita memotong 11 sapi, kurang lebih 3.000 kantong daging kurban karena ada 1 sapi yang berat 1.100 kilogram atau 1,1 ton,” terang Marhamah.

Ia menjelaskan, satu ekor sapi rata-rata 300 kantong daging. Dari 3.000 bungkus tersebut Muslimat NU membagikan di beberapa tempat. Sistem pembagiannya yaitu 1.000 bngkus dibagikan di Pengadegan, Jakarta Selatan di mana kantor Muslimat NU berada, dan di sejumlah tempat lainnya. (Fathoni)