Nasional

Penutupan Umrah Hentikan Perputaran 2,5 Triliun per Bulan

Jum, 13 Maret 2020 | 01:15 WIB

Jakarta, NU Online
Hingga saat ini, Pemerintah Kerajaan Arab Saudi masih menutup perjalanan umrah dari berbagai negara, termasuk Indonesia. Belum adanya kepastian kapan dibukanya kembali layanan umrah, membuat kalangan pelaku usaha perjalanan umrah terindikasi memasuki masa suram.
 
Direktur PT Priaventura, H Luthfi Hermansyah mengatakan, selama ini penyelenggaraan ibadah umrah melibatkan banyak pihak. Perjalanan umrah juga melibatkan puluhan ribu pekerja. Pasalnya perjalanan ibadah umrah terkait dengan hotel, maskapai penerbangan, catering, penyewaan bus. 
 
Luthfi mengatakan nilai ekonomi dari situasi saat ini sangat terdampak. Sebagai gambaran, ketetapan dari Kementerian Agama terkait biaya perjalanan umrah minimal 20 juta rupiah per jamaah. Di lapangan, penyelenggara umrah memberikan kisaran biaya antara 23 juta, bahkan ada yang mencapai 30 juta rupiah, tergantung fasilitasnya. 
 
Menurut data, dalam satu bulan ada seratus ribu jamaah umrah.  "Bisa dihitung dampak ekonominya kalau katakanlah rata-rata biaya umrah 25 juta dikalikan seratus ribu jamaah," ujarnya.
 
Artinya, jika dihitung kasar, ada perputaran atau penyerapan dana senilai 2, 5 triliun per bulan.
 
Ia menambahkan, dalam setiap perjalanan umrah, elemen paling banyak menyerap biaya adalah maskapai penerbangan. Angkanya  bisa 60-70 persen dari total biaya umrah.
 
Di tingkat masing-masing perusahaan layanan umrah ini, menurut Luthfi ada sepuluh hingga 20 orang yang terlibat. Belum lagi petugas yang mengurus di Madinah dan Makkah.
 
Luthfi mengakui, seperti penyedia jasa umrah lainnya, perusahaan yang dikelolanya mengalami dampak langsung yang timbul akibat pelarangan sementara perjalanan umrah tersebut. Misalnya untuk operasional kantor, bagaimana akan berjalan jika belum ada jamaah yang diberangkatkan.
 
Karena itu, menurutnya penyedia jasa umrah harus menyiasati situasi tersebut. Selain itu, ia juga berharap ada jalan keluar dari pelarangan sementara perjalanan umrah.
 
Selain menunggu berakhirnya wabah corona, agar situasi kembali normal, menurutnya pemerintah dapat melakukan secara bertahap membuka layanan umrah.
 
"Misalnya yang paling masuk akal memperketat setiap perjalanan para calon jamaah, sebelum keberangkatan dilakukan pemeriksaan oleh pemerintah Indonesia mana jamaah yang sehat dan boleh meneruskan umrah. Kemudian pemerintah Saudi juga memberlakukan screening di tempat kedatangan dan tempat-tempat umum untuk mencegah penyebaran virus corona ini," kata dia.
 
Ia mengaku saat ini belum tahu langkah yang akan diambil pemerintah Arab Saudi selain menutup sementara perjalanan umrah. Padahal, di luar potensi ekonomi, animo masyarakat untuk beribadah umrah sangat tinggi.
 
"Menghindari kerusakan lebih diutamakan dibanding mengambil sebuah kebaikan, ini kami menerima. Tapi harapan kami tentu saja jangan terlalu lama (penutupan umrah ini)," pungkasnya.
 
Pewarta: Kendi Setiawan
Editor: Alhafiz Kurniawan