Nasional

Pesan Gus Kautsar, Jangan Bangga Dulu Dipanggil ‘Gus’

Sab, 11 Juni 2022 | 18:00 WIB

Pesan Gus Kautsar, Jangan Bangga Dulu Dipanggil ‘Gus’

KH Abdurrahman Al-Kautsar (Gus Kautsar). (Foto: Tangkapan layar YouTube Kece Media by Unesa)

Jakarta, NU Online
KH Abdurrahman Al-Kautsar (Gus Kautsar) yang merupakan putra dari KH Nurul Huda Djazuli, Pengasuh Pesantren Al-Falah Ploso, Kediri, Jawa Timur, mengingatkan siapa saja yang senang mendapat panggilan ‘Gus’ untuk tidak bangga terlebih dahulu mendapatkan gelar tersebut.


Ia menjelaskan bahwa panggilan ‘Gus’ merupakan sebuah penghormatan yang diberikan oleh masyarakat, khususnya Jawa Timur, kepada orang yang kebetulan dilahirkan dari para ulama yang memiliki karya, atsar, atau legacy (peninggalan) dalam hidupnya.


“Artinya, ‘Gus’ itu sama sekali bukan penghormatan kepada dirinya. Tidak. Tapi ini adalah menghargai jasa-jasa orang tuanya,” tegas Gus Kautsar saat berbicara pada Dies Natalis Ke-58 Universitas Negeri Surabaya yang disiarkan langsung oleh kanal YouTube Kece Media by Unesa dilihat NU Online pada Sabtu (11/6/2022).


Maka, ia sepakat jika ada orang yang membangun karya dan perjuangannya sendiri dengan tidak mengandalkan nasab orang tua untuk dipanggil dengan ‘Kiai’, bukan ‘Gus’. Karena menurut dia ‘Gus’ itu tidak punya karya.


“Kami ini terhormat karena karya orang tua kami. Karena kebaikan, karena kualitas yang dimiliki oleh orang tua kami. Kakek nenek kami,” ungkap Gus Kautsar.


Pada kesempatan tersebut ia pun mengungkapkan keheranannya kepada orang yang bangga sekali jika dipanggil ‘Gus’. Padahal jika yang bersangkutan mau memahami bahwa ia dipanggil ‘Gus’ sama sekali bukan karena kehebatannya.


“Hanya untuk mengingatkan: He, Mas. Anda itu anaknya orang hebat. Sekarang berusahalah untuk kemudian memantaskan diri menjadi orang yang lumayan. Tidak usah seperti bapaknya, setidaknya lumayan,” katanya.


Gus Kautsar pun mengutip sebuah maqalah ulama yang menyebutkan bahwa orang yang paling tidak menarik adalah generasi yang tidak memiliki kompetensi dan karya.


Namun, ketika ada orang lain sukses dan berhasil, dia akan mengatakan: “Sukses semacam ini belum apa-apa. Dulu, nenek moyang saya jauh di atas itu.”


“Iya nenek moyang kamu jauh di atas itu. Kamu di mana,” tanya Gus Kautsar.


Selanjutnya, Gus Kautsar mengingatkan pula bahwa orang baik adalah orang yang kebetulan dilahirkan dari keluarga istimewa. Namun, kemudian mampu mengangkat keturunan dan prestasinya sendiri tanpa harus melibatkan orang tuanya.


Pewarta: Muhammad Faizin
Editor: Musthofa Asrori