Nasional

Prof Suyitno: Toleransi Hindarkan Indonesia Jadi Negara Ambyar

Jum, 19 Mei 2023 | 22:00 WIB

Prof Suyitno: Toleransi Hindarkan Indonesia Jadi Negara Ambyar

Kaban Litbang Diklat Prof Amien Suyitno pada penutupan Pelatihan Penggerak Moderasi Beragama di Pusdiklat Kemenag RI di Ciputat, Tangerang Selatan, Jumat (19/5/2023). (Foto: NU Online/Faizin)

Tangerang Selatan, NU Online
Negara Kesatuan Republik Indonesia diciptakan sangat beragam oleh allah swt. Keragaman ini akan ambyar jika masyarakatnya tidak mengedepankan toleransi, tidak menjaga harmoni, dan masing-masing anak bangsa mengedepankan ego sektoral agama, etnis, dan identitas-identitas lainnya.


“Cukuplah itu jadi masa lalu yang menjadi pelajaran berharga,” kata Kepala Badan (Kaban) Litbang Diklat Prof Amien Suyitno pada penutupan Pelatihan Penggerak Moderasi Beragama di Pusdiklat Kementerian Agama RI di Ciputat, Tangerang Selatan, Jumat (19/5/2023).


Untuk mengantisipasi hilangnya persatuan dan kesatuan yang mengakibatkan ambyarnya NKRI, Suyitno mengajak seluruh penggerak moderasi beragama untuk melakukan antisipasi. Seperti mengantisipasi hutan kebakaran tidak harus menunggu hutan terbakar.


“Untuk mencegah semua itu kita melakukan mitigasi. Karena potensi (perpecahan) itu ada. Sama seperti climate change (perubahan iklim). Kalau sudah ada itu, tugas kita memitigasi,” tuturnya.


Kewaspadaan terhadap benih-benih intoleransi yang mengakibatkan perpecahan harus diperkuat melalui mitigasi. “Mitigasi bagian dari upaya pencegahan. Mencegah lebih baik dari pada mengobati,” tegas Guru besar UIN Raden Fatah Palembang ini.


Jika perpecahan akibat toleransi terjadi maka seluruh elemen bangsa pasti menyesal. Oleh karena itu, dengan kondisi bangsa Indonesia yang saat ini tetap terjaga keharmonisannya, maka ia mengajak semuanya untuk menguatkan persatuan dan toleransi.


“Mari bergandeng tangan untuk membangun negara ini, membangun bangsa ini yang harmoni, dan tetap Bhineka Tunggal Ika,” ajak mantan Direktur GTK Ditjen Pendis Kemenag ini.


Toleran menurut Gus Baha
Untuk memiliki toleransi yang tinggi, Rais Syuriyah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Ahmad Bahauddin Nursalim (Gus Baha) mengatakan bahwa kuncinya adalah memiliki referensi keilmuan yang cukup.


“lmu itu melahirkan sikap. Jika punya referensi yang cukup tentang toleransi maka kita hidup di mana saja maka akan tetap toleransi,” kata Gus Baha dalam artikel NU Online berjudul Gus Baha: Sikap Toleransi Butuh Ilmu yang Cukup.


Gus Baha mengatakan bahwa memiliki sifat toleransi membuat seseorang bisa hidup di lintas negara, agama dan komunitas.


Referensi keilmuan tentang toleransi menurutnya cukup banyak dalam Islam. Seperti kisah seorang Yahudi yang meminta tolong ke Siti Aisyah, setelah ditolong lalu ia mendoakan agar Aisyah selamat dari siksa kubur.


“Jadi kalau beda agama, jika sesuatu yang benar maka dibenarkan. Kaidah dalam interaksi beda agama, jangan bilang iya semua, jangan bilang tidak semua, tapi sesuai referensi (ajaran nabi),” tegas Gus Baha.


Pewarta: Muhammad Faizin
Editor: Musthofa Asrori