Nasional

Program Pesantren Hijau Mendapat Animo Besar di Luar Jawa

Sen, 31 Oktober 2022 | 01:00 WIB

Program Pesantren Hijau Mendapat Animo Besar di Luar Jawa

Workshop Hasil Asesmen dan Penyusunan Program Pesantren Hijau, Sabtu (29/10/2022) di Jakarta. (Foto: LAZISNU)

Jakarta, NU Online
Sejak pertama kali digulirkan, Program Pesantren Hijau mendapat animo besar dari masyarakat pesantren, khususnya yang berada di luar Pulau Jawa.


Wakil Ketua LPBI PBNU Bidang Lingkungan Hidup dan Perubahan Iklim Maskut Candranegara mengungkapkan hal itu saat Workshop Hasil Asesmen dan Penyusunan Program Pesantren Hijau, Sabtu (29/10/2022) di Jakarta.


"Animonya sangat luar biasa dari pesantren-pesantren di luar Jawa, seperti di Sumatera Utara atau di Kepulauan Riau. Misal di Natuna (Kepri), itu mereka menunggu kapan Program Pesantren Hijau hadir ke pesantren-pesantren di sana," ungkap Maskut.

 

Sementara itu Sekretaris RMI PBNU Hindun Anisah mengatakan Program Pesantren Hijau adalah sesuatu yang patut menjadi perhatian pesantren dan NU. 


"Karena konsep Pesantren Hijau lebih konkret, agar bagaimana mengajak pesantren untuk membangun awareness (kesadaran) soal isu lingkungan hidup. Dan ini diwujudkan dalam kebutuhan nyata serta kondisi faktual pesantren," ujar Hindun.

 

Program Pesantren Hijau memanfaatkan tujuh pesantran sebagai protipe. Ketujuh pesantren tersebut adalah Zainul Hasan Genggong Probolinggo, Jawa Timur; Al-Mubarok Mranggen Demak, Jawa Tengah; Mahasina Bekasi, Jawa Barat; Al-Hamidiyah Depok, Jawa Barat; Al Kenaniyah Jakarta Timur, DKI Jakarta; Al-Hamid Cilangkap Jakarta Timur, DKI Jakarta; dan Pesantren Mathlaul Anwar Linahdlatil Ulama (MALNU) Kompleks Syeikh Asrjad Menes Pandeglang, Banten.


Hindun berharap Program Pesantren Hijau tidak hanya berhenti di tujuh pesantren dan dapat terealisasi dengan baik.


"Mudah-mudahan program ini benar-benar terealisasi dengan baik, ada tindak lanjut program yang bisa menyentuh pesantren-pesantren lain secara lebih luas, karena ada hampir 38 ribu pesantren di Indonesia," ujarnya.


"Semoga kegiatan ini menghasilkan sesuatu yang baik untuk pesantren, karena ruhnya NU itu ya pesantren," imbuh Hindun.


Workshop adalah bagian dari tindak lanjut asesmen Program Pesantren Hijau. Program ini hasil kerja sama dengan Rabithah Ma'ahid Islamiyah Nahdlatul Ulama (RMINU) dan serta Lembaga Penanggulangan Bencana dan Perubahan Iklim Nahdlatul Ulama LPBINU dengan dukungan Ban Mega Syariah. Workshop digelar di Jakarta selama dua hari, Sabtu-Ahad, 29-30 Oktober 2022.


Ketua Pelaksana Program Pesantren Hijau, Riri Khariroh menegaskan dalam konteks satu abad NU yang mengusung tema Merawat Jagat, Membangun Peradaban program ini diharapkan bisa menjadi titik pijak bagi NU untuk terus aktif dalam upaya-upaya membangun kehidupan atau lingkungan yang betul-betul ramah. Selain itu juga untuk membangun sebuah iklim masyarakat yang sangat peduli terkait isu-isu lingkungan.


Salah satu prototipe Pesantren Hijau adalah Pondok Pesantren Darul Muttaqien di Desa Jabon Mekar, Kecamatan Parung, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Berdiri pada tahun 1988, pesantren diawali dari wakaf tanah seluas 1,8 hektar oleh H Mohamad Nahar (alm), seorang wartawan senior di Kantor Berita Antara.


Dari 1,8 hektar itu dikembangkan dan sampai tahun 2022 ini tanah wakaf Darul Muttaqien secara keseluruhan berjumlah seluas 259 hektar, yang berada di Kecamatan Parung Bogor sebagai pusat pesantren, kemudian di Pelabuhanratu Sukabumi, di Pandeglang Banten, dan di Dumai Riau.


Menempati areal seluas 19 hektar, Darul Muttaqien Parung Bogor tidak seluruhnya dibangun ruangan atau asrama. Sebesar 60 persen lahan dijadikan ruang terbuka dan hijau. Humas Pondok Pesantren Darul Muttaqien Salim RD menyampaikan Pimpinan Pesantren, KH Mad Rodja Sukarta memang selalu mengedepankan bagaimana Pesantren Darul Muttaqien bisa menjadi pesantren hijau yang nyaman untuk dihuni para santri.


Dalam hal lingkungan hidup dan penghijuan, Darul Muttaqien terus melakukan penanaman pohon karena manfaatnya yang besar bagi pesantren. "Lahan-lahan yang ada itu kami buat untuk menjadi media pembelajaran bagi anak-anak (santri), di mana anak-anak tidak saja belajar di dalam ruangan namun lebih banyak juga belajar di luar ruangan,” jelas kata Salim RD saat kunjungan Tim Pesantren Hijau, Ahad (18/09/2022).


Kontributor: Wahyu Noerhadi
Editor: Kendi Setiawan
Â