Nasional

Puji-pujian ‘Dedungo’ Salmah Orbayinah setelah Terpilih sebagai Ketum PP Aisyiyah

Sen, 21 November 2022 | 06:30 WIB

Puji-pujian ‘Dedungo’ Salmah Orbayinah setelah Terpilih sebagai Ketum PP Aisyiyah

Salmah Orbayinah yang terpilih Ketua Umum Pimpinan Pusat (PP) Aisiyah Periode 2022-2027 menutup sambutannya dengan puji-pujian ‘Dedungo’. (Foto; Tangkapan layar Youtube tvMU)

Jakarta, NU Online 
Muktamar Ke-48 Aisyiyah memutuskan Dosen Farmasi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) Salmah Orbayinah sebagai Ketua Umum Pimpinan Pusat (PP) Aisiyah Periode 2022-2027. Salmah menggantikan Siti Noordjannah Djohantini, istri dari Ketum PP Muhammadiyah Haedar Nashir yang telah memimpin PP Aisyiah selama dua periode. 


Salmah terpilih sebagai Ketum Aisyiah setelah ditetapkan dalam Sidang Pleno X Muktamar Aisyiah di Solo, Jawa Tengah, Ahad (20/11/2022). Pada Muktamar yang dibarengkan dengan Muktamar Muhammadiyah tersebut juga ditetapkan Tri Hastuti sebagai Sekretaris Umum PP Aisyiyah mendampingi Salmah. 


Saat berbicara pada penutupan Muktamar, Salmah menutup sambutannya dengan sesuatu yang unik dan berbeda. Jika biasanya pidato ditutup dengan pantun, ia menyenandungkan bait puji-pujian berbahasa Jawa yang biasa disebut Panembromo


"Mungkin syair ini sudah tidak terdengar lagi saat ini. Karena syair ini diajarkan oleh ibu, oleh simbah saya ketika saya kecil dulu," ungkapnya pada penutupan yang dihadiri Wakil Presiden RI KH Ma'ruf Amin, Ahad (20/11/2022). 


Puji-pujian ini berjudul Dedungo (Berdoa) yang inti makna syair ini menurutnya adalah sebuah ajakan untuk senantiasa berdoa. "Jangan lelah untuk berdoa. Termasuk dalam melaksanakan kepemimpinan Aisyiyah ke depan. Karena dengan berdoa, Insyaallah semua yang kita lalukan akan selalu mendapatkan perlindungan dari Allah swt," ungkapnya. 


"Duh Allah mugi nedahno ing margi kaleresan// Kados margineng manungso kang manggeh kanikmatan// Lan maleh mugi paduko nebehno ing sedoyo// Titah paduko kang nggudo kang tumurun ing dunyo// Lan sinten to ingkang mbangkang dateng dawuh paduko// tentu mboten bade bejo nanging tentu ciloko,” senandungnya disambut tepuk tangan yang hadir.


Puji-pujian ini merupakan senandung yang diambil dari makna ayat suci Al-Qur’an surat Al-Fatihah ayat 6 dan tujuh yakni: “Tunjukilah kami jalan yang lurus, (yaitu) jalan orang-orang yang telah Engkau beri nikmat kepadanya; bukan (jalan) mereka yang dimurkai, dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat.”


Hal unik ini mendapatkan berbagai respons dari banyak pihak. Di antaranya dari Ahmad Baso, penulis buku tentang sejarah dan kebudayaan. Melalui akun Facebooknya ia menyebut bahwa ini merupakan sebuah spirit untuk mewujudkan Islam Berkemajuan dan Indonesia Berkemajuan.


“Menghidupkan Spirit Amukti Tanah Jawi poro Wali ... Islam Berkemajuan, Indonesia Berkemajuan ,” tulisnya tentang syair puji-pujian yang merupakan adaptasi dari ajaran luhur para Wali Songo ini.


Pewarta: Muhammad Faizin
Editor: Syamsul Arifin