Nasional

Kesaksian Gus Mus saat Acara Takziyah Virtual Buya Syafii Maarif

Rab, 1 Juni 2022 | 10:42 WIB

Kesaksian Gus Mus saat Acara Takziyah Virtual Buya Syafii Maarif

Pertemuan Gus Mus dengan Buya Syafii Maarif dalam sebuah kesempatan. (Foto: Istimewa)

Jakarta, NU Online
Keluarga Besar Muhammadiyah menggelar Takziyah Virtual untuk mengenang dan mendoakan Guru Bangsa Buya Syafii Maarif yang telah dipanggil Allah swt pada Jumat (27/5/2022). Buya Syafii adalah tokoh kelahiran Minangkabau, Sumatera Barat pada 31 Mei 1935 yang juga pernah menjadi Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah periode 1985-2005.


Selain dihadiri oleh pengurus dan tokoh Muhammadiyah, takziyah virtual ini yang digelar pada Ahad (29/5/2022) malam ini juga dihadiri oleh para tokoh NU di antaranya Mustasyar PBNU KH Musthofa Bisri, Ketua PBNU KH Yahya Cholil Staquf, dan Ketua GP Ansor yang juga Menteri Agama H Yaqut Cholil Qoumas.


Saat memberi kesaksiannya, KH Musthofa Bisri (Gus Mus) yang juga sahabat karib Buya Syafii nampak bergetar suaranya dan sempat berhenti beberapa saat menahan kesedihan yang amat berat dalam dirinya.


“Saya sangat sulit untuk berbicara karena beberapa waktu yang lalu kami masih terus kontak dengan beliau,” kata Gus Mus mengawali kesaksiannya.


Gus Mus mengungkapkan bahwa ia terus melakukan kontak pribadi dengan Buya Syafii Ma’arif pada hari-hari jelang kepergian Buya Syafii. Ia pun mengisahkan kenangan kedekatannya, ketika berada satu tenda dengan Buya Syafii saat menunaikan ibadah haji di Tanah Suci Makkah.


Gus Mus melihat bahwa Buya Syafii Maarif adalah sosok yang sangat konsisten (istiqamah) dalam hidupnya. Istiqamah sendiri menurut Gus Mus adalah sikap yang paling sulit untuk dilakukan seseorang.


“Orang mau bersikap sederhana itu mudah, bersikap jujur itu mudah, mempunyai tekad perjuangan untuk agama dan bangsa itu mudah. Yang sulit adalah terus bersikap seperti itu. Dalam bahasa kita disebut istiqamah,” ungkapnya.


Menurutnya, Buya Syafii adalah sosok yang istiqamah menjadi guru bangsa, menjadi teladan umat, dan menjadi teladan dalam akhlakul karimah. “Istiqamah ini yang menyebabkan saya yakin, saudara saya Syafii Maarif, milik bangsa Indonesia yang tercinta ini, adalah waliyyun min auliyaillah (wali Allah),” tegasnya pada Takziyah Virtual yang ditayangkan langsung kanal Youtube Muhammadiyah Channel ini.


Gus Mus pun mengutip satu ayat Al-Qur’an surat Al-Ahqaf ayat 13 yang artinya: “Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: "Tuhan kami ialah Allah", kemudian mereka tetap istiqamah maka tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan mereka tiada (pula) berduka cita.”


“Kita melihat kebenaran ayat ini dari pribadi Buya Syafii. Buya Syafii itu tidak pernah tertundukkan oleh rasa takut, tidak pernah tertundukkan oleh kesedihan,” ungkap Gus Mus.


“Karena apa? Karena beliau adalah wali Allah, kekasih Allah,” imbuhnya.


Salah satu ciri wali Allah menurut Gus Mus sudah jelas termaktub dalam Al-Qur’an surat Yunus ayat 62 yang artinya: “Ingatlah, sesungguhnya wali-wali Allah itu, tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati.”


“Beliau tidak takut mlarat, tidak takut dihinakan orang. Yang terpenting bagi beliau adalah rabbunallah (Tuhan Allah),” jelasnya.


Dalam kehidupan di masyarakat lanjutnya, banyak dijumpai orang hebat namun memiliki rasa takut. Seperti takut miskin lalu melakukan korupsi, takut dianggap bodoh lalu sombong, dan takut dianggap tidak mampu lalu merasa pintar (keminter).


Buya Syafii Maarif menurut Gus Mus adalah sosok yang dicintai orang banyak. Hal ini karena ia yakin bahwa Allah swt memberitahukan kepada Malaikat Jibril bahwa Allah mencintainya. Kemudian Malaikat Jibril mengatakan kepada malaikat-malaikat lainnya bahwa Allah mencintainya dan semua malaikat pun mencintai Buya Syafii.


“Semoga kita semua keluberan sedikit banyak dari apa yang dimiliki oleh beliau. Kalau kita percaya kepada berkah, mudah-mudahan kita keberkahan indahnya pribadi Buya Syafii maarif,” harapnya.


Pewarta: Muhammad Faizin
Editor: Kendi Setiawan