Nasional

Kesamaan Buya Syafii dan Gus Dur Menurut Alissa Wahid

Sel, 31 Mei 2022 | 04:00 WIB

Kesamaan Buya Syafii dan Gus Dur Menurut Alissa Wahid

Buya Syafii dan Gus Dur

Jakarta, NU Online
Ketua Umum Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah 1998-2005 sekaligus guru bagi bangsa Indonesia, Buya Syafii Maarif, telah berpulang ke rahmatullah. Namun, jejak dan warisan keteladanannya akan selalu abadi di dalam ingatan umat Islam dan bangsa Indonesia.


Koordinator Jaringan Gusdurian Alissa Qotrunnada Munawaroh Wahid mengungkapkan berbagai keteladanan yang telah dicontohkan Buya Syafii semasa hidup. Ia pun mengaku sudah seperti anak kandung Buya Syafii karena kerap mendapatkan petuah atau nasihat di dalam menapaki kehidupan. Bahkan, Alissa Wahid pun mengungkapkan kesamaan antara sang ayah, KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) dengan Buya Syafii.


“Buya itu sama seperti Gus Dur, bukan orang yang mengejar kekuasaan, bukan orang yang politis hanya untuk (kepentingan) politis. Tetapi beliau betul-betul melihat bahwa bangsa Indonesia punya cita-cita dan harus diwujudkan,” ungkap Alissa Wahid dalam diskusi bertajuk ‘Jejak dan Warisan Pemikiran Buya Syafii Maarif’ di Youtube MQFM Jogja, Senin (30/5/2022).   


Bagi Buya Syafii, kata Alissa, toleransi antarumat beragama dimaknai bukan sekadar hidup bersama. Namun di dalam toleransi itu harus ada keadilan sebagai syarat. Hal ini pula yang kerap dilontarkan Gus Dur bahwa perdamaian tanpa keadilan adalah ilusi.


“Kita berlaku adil itu syarat untuk bisa maju bersama sebagai sebuah bangsa. Itu imperatif (perintah) di dalam Islam. Tuntunan untuk kita. Bahkan, perintah dari Allah yaitu berlaku adil. Bagi Buya, sangat penting bagi umat Islam itu berlaku adil dalam kehidupan kita bersama sebagai bangsa. Itu yang terus Buya sampaikan,” ucap Alissa.


Dua kegundahan Buya Syafii
Alissa menyebutkan, terdapat dua hal yang kerap membuat Buya Syafii merasa gundah. Keduanya adalah tentang arah bangsa Indonesia ke depan dan soal Islam di Indonesia. Inilah dua hal yang selalu dibicarakan Buya Syafii.


“Yang tidak pernah terlepas itu adalah tentang anak-anak muda Islam di Indonesia (dan) Islam di Indonesia itu benar-benar Islam yang rahmatan lil alamin. Juga kegundahan beliau tentang bangsa Indonesia ini tentang oligarki yang semakin kuat, adanya ketidakadilan sosial,” tutur Alissa yang juga Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) bidang Kesejahteraan Rakyat (Kesra) ini.


Lebih lanjut, Alissa mengungkapkan bahwa Buya Syafii pernah terlihat sangat marah ketika ada upaya pelemahan terhadap Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) dan saat Pemilihan Presiden (Pilpres) 2019.


“Beliau itu marah banget terkait KPK. Ketika KPK mengalami pelemahan itu, beliau marah. Waktu Pilpres, saya nggak pernah melihat beliau benar-benar (marah) dari dalam rasanya, itu yang saya rasakan waktu itu,” ungkap Alissa.


Tak ketinggalan, Rektor Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) 2009-2017 Prof H Rochmat Wahab juga memberikan kesaksian mengenai keteladanan yang telah diberikan Buya Syafii Maarif semasa hidupnya. Ia melihat Buya Syafii sebagai sosok dosen, guru besar, dan ilmuwan yang tidak pernah menunjukkan kesombongannya tetapi justru memberikan contoh kesederhanaan.


Suatu ketika, Prof Rochmat pernah menyaksikan Buya Syafii mengambil berbagai tulisannya yang telah dimuat di media massa. Lalu tulisan itu dijadikan sebagai referensi bagi mahasiswa di dalam perkuliahan. Untuk itu, Buya Syafii pun memperbanyak tulisan itu dengan biaya sendiri.


Bahkan tidak sedikit kejadian, Buya Syafii mengalami kekurangan biaya untuk memperbanyak tulisannya itu karena beberapa mahasiswa dari kampus lain ikut kuliah bersamanya. Hal ini membuat Buya Syafii harus merogoh kocek lebih dalam untuk menambah pembiayaan.


“Beliau contoh orang yang menggambarkan kehidupan sederhana, tawadhu, dan itu ditampilkan di dalam kehidupan sehari-hari di kampus,” ungkap Prof Rochmat yang juga Ketua PWNU Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) 2011-2016 itu.


Pewarta: Aru Lego Triono
Editor: Muhammad Faizin