Nasional HARI SANTRI 2023

Puncak Hari Santri di Surabaya, Saatnya Kunjungi Monumen Resolusi Jihad KH Hasyim Asy'ari

Jum, 20 Oktober 2023 | 06:00 WIB

Puncak Hari Santri di Surabaya, Saatnya Kunjungi Monumen Resolusi Jihad KH Hasyim Asy'ari

Gedung Hoofdbestuur, kantor pertama Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) di Jalan Pahlawan nomor 9 atau Kampung Bubutan VI/2 Surabaya Jawa Timur (Foto: NU Online/Suwitno)

Surabaya, NU Online

Monumen Resolusi Jihad terletak tidak jauh dari Tugu Pahlawan Surabaya, hanya sekitar 300 meter ke arah utara, berlokasi tepat di Jalan Pahlawan nomer 9, atau lebih spesifik lagi, berada di Kampung Bubutan VI/2 Surabaya, Jawa Timur.

 

Monumen megah ini berdiri dengan gagah di depan Gedung "Hoofdbestuur", gedung ini merupakan kantor pertama Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) yang dulu bernama Hoofdbestuur Nahdlatoel Oelama (HBNO) sejak didirikan pada 16 Rajab 1344 Hijriah, atau 100 tahun silam. Kini gedung tersebut menjadi kantor Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Kota Surabaya.

 

Tulisan "HOOFDBESTUR" berwarna hijau terpampang dengan jelas menempel di gedung. Bangunan ini mendominasi lanskap sekitarnya dengan warna putih bersih, klasik, masih mempertahankan arsitektur bangunan aslinya.

 

Monumen Resolusi Jihad terletak tepat di depan kanan. Pada monumen tergores isi dari Resolusi Jihad, di kanan dan kiri monumen ditancapkan Bendera Merah Putih dan Bendera NU. Resolusi Jihad menjadi penggerak perjuangan para santri yang telah berkorban demi mempertahankan kemerdekaan Indonesia. Titik tolaknya dari gedung Hoofdbestuur yang menjadi tempat berkumpul para ulama NU untuk merumuskan fatwa Resolusi Jihad 22 Oktober 1945.

 

Dengan menyimpan nilai sejarah yang kuat, monumen Resolusi Jihad ini menjadi destinasi penting bagi warga setempat dan para wisatawan yang ingin memahami sejarah heroik para santri di Kota Surabaya dan daerah-daerah lainnya.

 

Istilah "resolusi jihad" memiliki kaitan erat dengan Hari Pahlawan, karena "resolusi jihad" yang dicanangkan para ulama pada 22 Oktober 1945 di gedung tua itu pula yang menjadi pemicu semangat Arek-Arek Suroboyo untuk mengganyang penjajah dalam pertempuran 10 November 1945.

 

Di dalam gedung tua itu tersimpan 20-an foto bersejarah terkait Hari Pahlawan, termasuk foto dari bunyi Resolusi Jihad itu yang "dijepret" sejumlah pengelola monumen nasional itu dari naskah asli Resolusi Jihad yang tersimpan di Museum Leiden, Belanda. Beberapa lukisan juga terpajang di bangunan tersebut, di antaranya Ketua Umum PBNU pertama, KH Hasan Gipo.

 

"Kantor ini sebetulnya dulu kalau mendirikan organisasi harus punya kantor, di sinilah kiai-kiai menyewa pada keluarga Kiai Abdul Fatah untuk dijadikan kantor PBNU," ujar Wakil Sekretaris PCNU Kota Surabaya, Saiful Bahri.

 

Ia menjelaskan, di gedung inilah tempat pembahasan mengenai Resolusi Jihad yang dikeluarkan pada tanggal 22 Oktober. Di mana setiap tanggal tersebut sekarang diperingati sebagai Hari Santri.

 

"Sebenarnya pembahasan Resolusi Jihad itu diawali pada 21 September. Di sinilah Kiai Hasyim Asy'ari mengumpulkan pasukan-pasukan dalam pertempuran 10 November, dari tapal kuda dikomandani oleh Kiai As'ad, kalau Sidoarjo dikomandani oleh Kiai Hasyim Latif, kalau dari Mojokerto dan Jombang dikomandani oleh Gus Yusuf Hasyim, anak KH Hasyim Asy'ari. Terus kalau di Malang itu Kyai Masykur," terang dia.

 

Saiful Bahri juga menjelaskan bahwa Perang 10 November ini sebenarnya tidak akan terjadi, jika saat itu panglima yang ditunjuk , Kiai Abbas Buntet tidak jadi datang. "Jadi kiai-kiai semua ini menunggu Kiai Abbas Buntet, ia datang dan perang pecah," ujar dia.

 

"Perang pecah ini kiai-kiai sudah membagi tugas. Kiai Abbas itu untuk pertahanan udara, dia membaca ayat kursi 41 kali tanpa nafas, jadi setiap tiupan itu pesawat jatuh. Kiai Bisri itu bertugas di Bumi, jadi bom-bom yang jatuh di bumi tidak meledak, Mbah Hasyim Asy'ari meng-cover semuanya. Mbah Hasyim juga memerintahkan para santrinya untuk meng-asma (memberi doa) untuk bambu runcing, jadi dulu itu bambu runcing dilepas mencari musuh sendiri," ungkap Saiful Bahri.