Nasional R20 ISORA

R20 ISORA Makin Kukuhkan Eksistensi NU sebagai Poros Islam di Asia

Sab, 25 November 2023 | 07:00 WIB

Jakarta, NU Online

Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) terus menegaskan peran kunci Indonesia sebagai poros Islam di Asia dengan melanjutkan serangkaian forum internasional. Hal itu ditunjukkan dengan perhelatan internasional, seperti R20 International Summit of Religious Authorities (R20 ISORA) yang akan digelar pada Senin (27/11/2023).


Sebelumnya, PBNU juga sukses melangsungkan sejumlah forum berskala internasional seperti R20 di Bali dan Yogyakarta pada Novembe 2023, Muktamar Internasional Fiqih Peradaban di Surabaya pada Februari 2023, dan ASEAN Intercultural and Interreligious Dialogue Conference (IIDC) di Jakarta pada Juli 2023.


Ketua Pelaksana R20 ISORA Ahmad Ginanjar Sya’ban menjelaskan bahwa forum-forum internasional yang terus digelar oleh PBNU semakin memperkuat posisi Indonesia di antara negara-negara Islam lainnya. Dalam konteks dinamika percaturan dunia Islam global, Indonesia semakin diperhitungkan sebagai kekuatan besar dan penting, mengukuhkan eksistensi NU di dunia internasional.


Ia mencontohkan Mesir yang memiliki Al Azhar, Saudi Arabia dengan Liga Muslim Dunia (MWL), dan Indonesia yang memiliki Nahdlatul Ulama. Semuanya berkontribusi pada dinamika percaturan dunia Islam.


“Hal ini semakin menarik, karena semakin mengukuhkan eksistensi NU di dunia internasional setidaknya di dunia Islam,” kata Ginanjar kepada NU Online, Kamis (23/11/2023).


“Indonesia saat ini diperhitungkan menjadi salah satu poros yang besar dan penting dalam dinamika percaturan dunia Islam global. Misalkan Mesir punya institusi besar Al-Azhar yang selalu terlibat dalam isu-isu ini dan selalu punya respons, inisiatif, dan gagasan. Lalu Arab Saudi juga punya Muslim World League (MWL), dan Asia, dalam hal ini Indonesia, punya Nahdlatul Ulama,” tambah dia.


Ginanjar menilai, NU sebagai poros Islam di Asia tidak hanya merujuk pada peran kelembagaannya semata, tetapi juga pada kontribusi intelektualnya dalam membentuk wacana keislaman. Keberadaan NU sebagai bagian dari masyarakat telah mengakar dalam sejarah dan kearifan lokal, yang membuatnya menjadi kekuatan yang tidak hanya mengandalkan kelembagaan, tetapi juga pengalaman jangka panjang.


“NU Menarik karena bukan hanya NU sebagai lembaga tetapi juga yang punya sejarah panjang, sejarah keilmuan, sejarah keulamaan, sejarah dinamika sosial keagamaan, dan kebudayaan,” terang Wakil Sekretaris Jenderal (Wasekjen) PBNU itu.


Pengajar di Fakultas Islam Nusantara Universitas Nahdlatul Ulama Indonesia (Unusia) Jakarta menyebut bahwa melalui forum internasional yang terus digelar oleh PBNU. Ia berharap dapat menjadikan Indonesia sebagai poros Islam dan juga menjadi motor penggerak bagi kemajuan dunia Islam.


Rencananya, kegiatan R20 ISORA yang akan dibuka secara langsung oleh Presiden Joko Widodo ini akan diikuti 150 partisipan dengan 40 di antaranya dari luar negeri. Kegiatan ini akan mengangkat tema "Peran Agama dalam Mengatasi Kekerasan di Timur Tengah dan Ancaman terhadap Tatanan Internasional Berbasis Aturan.


Kegiatan ini bakal menghadirkan empat narasumber kunci, yakni (1) Rais Aam PBNU KH Miftachul Akhyar, (2) Grand Syekh Al-Azhar Syekh Ahmad al-Thayyeb, (3) Sekretaris Jenderal Liga Muslim Dunia (MWL) Syekh Mohammed bin Abdul Karim al-Issa, dan (4) Sekretaris Jenderal PBB Antonio Gueterres (dalam konfirmasi).