Nasional FORUM R20

Rabi Perempuan Asal Argentina Bakal Hadiri Forum R20

Sen, 26 September 2022 | 23:45 WIB

Rabi Perempuan Asal Argentina Bakal Hadiri Forum R20

Ketua Panitia Forum R20 Ahmad Suaedy (kedua dari kanan) saat kunjungan ke Republika, Senin (26/9/2022). (Foto: NU Online/Suwitno)

Jakarta, NU Online

Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) terus melakukan persiapan pelaksanaan Religion Forum of 20 (R20) International Summit of Religious Leaders. Sejumlah nama pemimpin agama dunia telah dikonfirmasi hadir pada kegiatan tersebut, termasuk pemuka agama Yahudi. 


"Kita juga mengundang perwakilan agama Yahudi. Bukan hanya pemimpin agama dari negara-negara anggota G20," kata Ketua Panitia Forum R20 Ahmad Suaedy di Jakarta, Senin (26/9/2022).


Suaedy menyatakan pihaknya telah mengundang perwakilan agama Yahudi. Adalah Rabi Silvina Chemen, tokoh perwakilan dari agama Yahudi yang telah mengkonfirmasi kehadirannya pada forum dialog antarpemimpin agama dunia yang dihelat 2-3 November 2022 mendatang.


Tokoh Yahudi yang diundang tersebut diketahui bukan berasal dari Israel. Rabi Silvina merupakan seorang Rabi Yahudi dari Buenos Aires, Argentina.


Seperti diketahui, Forum R20 akan menjadi rekognisi persoalan global yang ditengarai oleh agama. Adapun tema yang diangkat yakni Revealing and Nurturing Religion as a Source of Global Solutions: A Global Movement for Shared Moral and Spiritual Values (Menyatakan dan Menjaga Agama sebagai Sebuah Sumber Solusi Global: Gerakan Global untuk Menebar Nilai Moral dan Spiritual).


Forum yang merupakan Engagement Group dari G20 itu, dicita-citakan untuk mewujudkan visi agama sebagai sumber solusi global, menebar nilai moral dan spiritual.


"Kita ingin memanfaatkan momen G20 yang diselenggarakan dan dipimpin Indonesia untuk mendapatkan leverage yang lebih besar bagi forum antartokoh dan pemimpin agama," ungkap Ketua Umum PBNU, KH Yahya Cholil Staquf dalam konferensi pers di Ritz Carlton Jakarta, beberapa waktu lalu. 


Adapun isu utama yang akan dikaji dalam forum tersebut terdiri dari beberapa bahasan. Pertama, pengungkapan kebenaran atas kepedihan sejarah.  


Isu tersebut berangkat dari interaksi umat antaragama kerap kali tidak terjalin mulus. Sebaliknya, agama justru melatarbelakangi percekcokan antarkelompok. Problem tersebut cenderung kontinu dari waktu ke waktu.


"Saling menyakiti dari dulu. Diskriminasi kelompok Yahudi, konflik Katolik dengan Anglikan, Syiah dan Sunni, ini berabad-abad sudah ada," ujar kiai yang akrab disapa Gus Yahya itu.  


"Kita harus membicarakan ini dengan jujur. Apa sebetulnya luka-luka yang kita derita selama ini. Kita sampaikan kebenaran tentang apa yang terjadi dan bicara tentang rekonsiliasi," tambahnya. 


Kedua, perangkulan nilai-nilai mulia yang bersumber dari agama dan peradaban besar dunia. Salah satunya keadilan. Hal itu perlu dipelajari kembali secara jelas. 


Ketiga, rekontekstualisasi ajaran agama yang usang dan bermasalah: mengidentifikasi nilai-nilai yang dibutuhkan untuk mengembangkan dan menjamin koeksistensi damai dan ekologi spiritual.


Sementara itu, Juru Bicara R20, Najib Azca mengatakan bahwa pihaknya terus mematangkan persiapan pelaksanaan gelaran R20. 


“Sudah cukup banyak yang dilaksanakan. Kita tetap perlu melakukan persiapan teknis yang lebih baik karena ini acara besar yang levelnya dunia, lintas bangsa, dan ada juga dimensi sensitif,” kata Najib.


"Saya kira ini kita harus mengelolanya dengan baik. Insyaallah akan lancar," pungkasnya.


Pewarta: Nuriel Shiami Indiraphasa
Editor: Kendi Setiawan