Nasional

Rahasia Keberhasilan Santri Mbah Ma’shum Lasem menurut Gus Zaim

Rab, 26 Februari 2020 | 11:15 WIB

Rahasia Keberhasilan Santri Mbah Ma’shum Lasem menurut Gus Zaim

KH Ma'shum Ahmad dalam cover sebuah buku biografi (manaqib) Mbah Ma'shoem Lasem. (Foto: NU Online/Afina Izzati)

Rembang, NU Online
Para santri yang pernah berguru langsung kepada Mbah Ma’shum Lasem memiliki kisah unik dan menarik. Kebanyakan dari mereka menjadi orang berhasil di kemudian hari. Meski kenyataan yang terjadi pada saat mondok mustahil rasanya karena sulit mencerna pelajaran dari Mbah Ma’shum. Apa rahasianya?

Menurut KH Zaim Ahmad, Mbah Ma’shum semasa hidup dikenal sebagai ulama yang dalam berbicara dan bertindak sulit dicerna akal. Namun, di balik setiap kehendak beliau selalu memiliki maksud dan tujuan tertentu. Khususnya, untuk para santri didikan beliau.

Ceritanya, lanjut Gus Zaim, ada santri asal Madura. Setiap ngaji sorogan kepada Mbah Ma’shum selalu salah karena begitu bodohnya. Sampai santri tersebut putus asa. Namun, Mbah Ma’shum berusaha menguatkan santri tersebut.
 
“Mbah Ma’shum bilang, ‘Saya nggak nyuruh kamu ngaji sampai bisa. Soal bisa dan paham adalah urusan Allah’. Gitu kata beliau,” ungkap Gus Zaim menirukan ucapan kakeknya tersebut.

Gus Zaim, sapaan akrabnya, menuturkan bahwa Mbah Ma’shum merupakan sosok yang mengutamakan akhlak. Beliau menginginkan para santri didikannya manut (mengikuti) terhadap setiap apa yang beliau kehendaki. 

Baca juga: Gus Zaim Lasem Ungkap Pentingnya Ijazah Kitab Klasik

Dikisahkan juga oleh Gus Zaim, suatu hari ada santri baru yang datang di pesantren Mbah Ma’shum. Sudah menjadi kebiasaan Mbah Ma’shum mengajak bicara sejenak santri-santri baru untuk mengetahui besarnya kemampuan yang dimiliki seorang santri. 

“Suatu ketika, Mbah Ma’shum mengutus santrinya menulis dengan menebali selembar kitab yang di atasnya telah diletakkan selembar kertas kosong. Santri tersebut menebali lengkap kitab berserta makna gandulnya,” ujar Pengasuh Pesantren Kauman Lasem ini kepada NU Online melalui WhatsApp, Rabu (26/2) siang.

Mbah Ma’shum lalu meminta santri tersebut membaca kitab. Baru sebaris dibaca, namun sudah banyak kesalahan. Sejurus kemudian, Mbah Ma’shum memerintahkan untuk berhenti mengaji. Santri tersebut justru diperintah menguras sekaligus mengisi air untuk bak di kamar mandi Mbah Nuriyah, istri Mbah Ma’shum.

Gus Zaim menambahkan, selama 20 tahun santri tersebut berada di pesantren, hanya mengaji satu baris saja. Anehnya, beberapa tahun kemudian setelah santri tersebut keluar dari pondok justru memiliki pesantren, majelis ta’lim, dan madrasah yang sangat besar di Demak Jawa Tengah. Bahkan santri tersebut sekarang masih hidup dan berusia 80 tahun lebih.

Cerita keberhasilan para santri Mbah Ma’shum tidak hanya satu dua kali dikisahkan. Banyak tokoh berpengaruh di Indonesia yang sempat menjadi santri beliau. Antara lain, KH Idham Chalid (Ketua MPR RI ke-4), KH Muhammad Ilyas (Menteri Agama ke-8), KH Saifuddin Zuhri (Menteri Agama ke-10), H Mukti Ali (Menteri Agama ke-12), dan masih banyak lagi.

“Yang didahulukan oleh Mbah Ma’shum adalah manut dan akhlaknya santri. Berkali-kali beliau berkata kepada santri barunya bahwa kewajiban di pesantren adalah manut kepada beliau. Artinya, ketika disuruh ngaji ya ngaji, disuruh apapun manut,” pungkas Gus Zaim.

Kontributor: Afina Izzati
Editor: Musthofa Asrori