Nasional 1 ABAD NU

Raih Penghargaan Pesantren Tua Versi PBNU, Cipulus Berperan sejak sebelum Indonesia Merdeka

Rab, 1 Februari 2023 | 15:45 WIB

Raih Penghargaan Pesantren Tua Versi PBNU, Cipulus Berperan sejak sebelum Indonesia Merdeka

Pesantren Al Hikamussalafiyah Cipulus, Wanayasa, Purwakarta didirikan tahun 1840 M oleh KH Ahmad bin Kiai Nurkoyyim yang akrab disapa Ajengan Emed. (Foto: dok Pesantren Cipulus)

Jakarta, NU Online
Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) menetapkan sejumlah Pondok Pesantren Tua di Indonesia untuk mendapat penghargaan sebagai pondok pesantren yang sudah mengabdi lebih dari 1 abad. Penyerahan penghargaan ini berlangsung di Teater Tanah Airku Taman Mini Indonesia Indah (TMII), Jakarta, pada Selasa (31/1/2023) malam. 


Dari puluhan pesantren tua di Indonesia, Pondok Pesantren Al Hikamussalafiyah, Cipulus, Purwakarta (PP Cipulus) masuk dalam kategori peraih penghargaan tersebut.


Pengasuh Pesantren Cipulus, H Hadi M Musa Said mengucapkan rasa syukur dan berterima kasih kepada PBNU yang telah menyelenggarakan acara penganugerahan ini. Menurutnya, perhelatan ini berhasil membuktikan bahwa pesantren telah lama berperan jauh sebelum kemerdekaan. 

 

"Acara ini selain merupakan apresiasi PBNU, tapi juga menjadi ajang pembuktian bahwa sebelum kemerdekaan pesantren sudah lama berperan," kata H Hadi kepada NU Online, Kamis(1/2/2023). 

 

"Berbicara pesantren sama dengan bicara tentang kebangsaan dan keutuhan NKRI," sambungnya. 


Ia lantas mengungkapkan, Pondok Pesantren Al Hikamussalafiyah Cipulus, Wanayasa, Purwakarta sendiri didirikan pada tahun 1840 M oleh KH Ahmad bin Kiai Nurkoyyim atau akrab disapa Ajengan Emed. 

 

"Dengan bekal ilmu yang beliau miliki pada tahun 1840 didirikanlah sebuah pesantren yang sederhana di wilayah bekas ibu kota Karawang, di Kecamatan Wanayasa. Saat ini, Kabupaten Purwakarta," ungkap Ketua PP GP Ansor NU itu. 


Perjalanan membangun pesantren ini tidaklah mudah, menurutnya, rintangan demi rintangan dihadapi bahkan pada 1957 M Pesantren Cipulus sempat bubar karena adanya gangguan keamanan dari DI/TII.


"Pada saat itu, pesantren dibubarkan demi keamanan dan keselamatan santri. Pembubaran itu diputuskan oleh pengasuh pesantren generasi ke-6, KH Zainal Abidin," ucap dia. 

 

Namun, berkat kegigihan para sesepuh aktivitas pesantren berjalan kembali di bawah pengasuhan KH Izzudin (Mama Cipulus), pada 1963 M. 


"Sepulang ibadah haji dengan keinginan serta tekad beliau yang kuat untuk menyebarkan dakwah Islam melalui dunia pesantren maka aktivitas pesantren kembali hidup," jelas dia. 

 

Oleh karena itu, terang dia, penganugerahan yang diberikan PBNU ini merupakan suatu hal yang sangat berharga dan membanggakan. Ia berharap pesantren menjadi role model pendidikan untuk meningkatkan sumber daya manusia (SDM) di Indonesia.


"Ini menjadi tanggung jawab kita semua untuk terus melanjutkan perjuangan para muassi NU dan tokoh-tokoh pesantren. Saya ucapkan terima kasih kepada PBNU dan keberkahan untuk semua," imbuh H Hadi. 


Pewarta: Syifa Arrahmah
Editor: Kendi Setiawan