Nasional

Rais Aam PBNU Beri Resep Jaga NU di Tengah Arus Globalisasi

Jum, 11 November 2016 | 21:00 WIB

Jakarta, NU Online
Untuk menyiapkan NU di tengah arus globalisasi saat ini, NU mesti melakukan penguatan di berbagai bidang. Seperti penguatan paham Ahlussunnah wal Jamaah dan fikrah an-nahdhiyyah.

“Yang mesti dilakukan NU adalah dengan penguatan paham Ahlussunnah wal Jamaah An-Nahdhiyyah.Sekaligus penguatan fikrah an-nahdhiyyah. Karena NU itu kan fikrah. Ahlussunnah itu cara berpikir,” ujar Rais Aam PBNU KH Ma’ruf Amin di Kantor PBNU, Jum’at (11/11).

Kiai Ma’ruf melanjutkan, fikrah an-nahdhiyah itu diperlukan dalam dalam memahami nash, menafsirkan nash dan mengeluarkan hukum dari nash dan mengeluarkan prinsip-prinsip mabadi’ dari nash. 

“Cara berpikir NU itu kan cara berpikir moderat, dinamis tapi ber-manhaj (tawasuthiyyah wa manhajiyyan),” terang Kiai Ma’ruf . 

Maksudnya, lanjutnya, berpikir NU itu tidak tekstual, juga tidak liberal. Tekstual itu sangat rigid pada nash. Seakan-akan tidak ada penafsiran-penafsiran lain. Tetapi juga tidak liberal. Liberal itu penafsiran yang berlebihan. NU juga tidak konservatif. 

Makanya, tawasuthiyyah, moderat tapi dinamis. Walaupun dinamis tidak liberal. Juga manhajiyyan ada manhaj-nya. Berbeda dengan cara berpikir dengan yang tekstual dan liberal. 

“Karena itu maka yang mesti dilakukan NU adalah melakukan gerakan. NU ini gerakan (harakah). Ada dua gerakan yang kita lakukan,” tegasnya. 

Pertama, perlindungan dan penjagaan (himaiyyah wa wiqa’iyyah), yakni menjaga umat dari paham-paham radikal. Kedua, gerakan perbaikan (ishlahiyyah). Harakah ishlahiyyah diperlukan dalam semua aspek. Aspek pendidikan, ekonomi, sosial budaya bahkan aspek politik. 

“Untuk itu kepengurusan yang akan datang itu minimal memiliki dua syarat yang harus dipenuhi di semua tingkatan. Pertama, mempunyai sertifikat Madrasah Kader NU baik di Pusat, Wialayah maupun Cabang. kedua, memiliki kompetensi. Ketiga, memiliki hamasyah nahdliyah (semangat ke-NU-an),” terang kiai Ma’ruf. 

Menurut Kiai Ma’ruf, sekarang semangat ke-NU-an sedang menurun. Disinyalir belakangan ini dipengaruhi oleh politik dan budaya materialisme. Sehingga beban organisasi itu menjadi berat sekali. Padahal NU ini wadah perjuangan dalam menyebarkan ajaran agama. 

“Sebab itu, yang perlu kita bangun sekarang adalah semangat perjuangannya, hamasyah nahdliyah,” tegasnya. (Suhendra/Fathoni)