Nasional

Ramai Ida Dayak, Lesbumi NU: Pengobatan Tradisional Tak Pernah Sepi Peminat

Jum, 7 April 2023 | 16:00 WIB

Ramai Ida Dayak, Lesbumi NU: Pengobatan Tradisional Tak Pernah Sepi Peminat

Ida Dayak merupakan seorang wanitaperempuan berusia 51 tahun yang viral setelah video aksi penyembuhannya beredar luas di media sosial. (Foto: tangkapan layar Youtube petualang ibu dayak)

Jakarta, NU Online 

Publik tengah dihebohkan dengan fenomena pengobatan tradisional oleh Ida Dayak belakangan ini. Ida Dayak merupakan seorang wanitaperempuan berusia 51 tahun yang viral setelah video aksi penyembuhannya beredar luas di media sosial.


Pengobatan tradisional yang dilakukan Ida Dayak sangat digandrungi masyarakat seperti yang belum lama ini diadakan di Depok. Pengobatan alternatif Ida Dayak yadi GOR Madivif 1 Kartika Kostrad Cilodong, Depok diserbu oleh warga hingga terpaksa dibatalkan. 


Pengobatan tradisional tak pernah sepi. Jenis penyembuhan penyakit yang satu ini selalu memiliki peminat tersendiri dan menjadi alternatif pengobatan medis modern. 


Ketua Lembaga Seni Budaya Muslimin Indonesia (Lesbumi) Pengurus Cabang Nadhlatul Ulama (PCNU) Depok, Romo Donny S. Ranoewidjojo menjelaskan, jauh sebelum hadirnya pengobatan modern, pengobatan tradisional merupakan satu prosedur penyembuhan penyakit utama yang digunakan masyarkat Indonesia. 


“Dahulu sebelum masuknya pengaruh kolonial Barat, tentunya pengobatan tradisional tidak ada yang menyebutnya sebagai pengobatan alternatif atau pengobatan pilihan,” papar Romo Donny kepada NU Online, Kamis (6/4/2023).


“Tentu tetap disebut sebagai pengobatan utama yang dominan di masyarakat-masyarakat etnis pemilik tradisi pengobatan tersebut,” imbuhnya.


Ia menjelaskan, pengobatan tradisional disebut dengan pengobatan alternatif sebab dianggap tidak lagi dominan sejak masuknya kebudayaan Barat melalui kolonialisasi. Pengobatan science medis menjadi dominan dan diajarkan di kampus-kampus dan dipraktikkan di rumah-rumah sakit (zieken huis) sejak zaman Belanda.


Menurutnya, fenomena post kolonial tersebut meskipun menimbulkan adanya suatu kecenderungan untuk menganggap bahwa aspek-aspek budaya yang dimiliki suatu wilayah, termasuk pengobatan tradisional adalah hal yang dinomerduakan alias tidak utama dibandingkan budaya Barat.


Hal ini, sambungnya, dikarenakan selama penjajahan, pihak kolonial untuk menanamkan pengaruh bahwa budaya yang mereka bawa adalah lebih superior daripada budaya orang-orang yang terjajah.


“Tentu dilakukan untuk mendapatkan kepatuhan dari rakyat yang dijajah dan melanggengkan kekuasaan penjajahan, bahkan diharapkan pascamerdeka pun masyarakat bekas penjajahan dapat tetap menjadi subordinat dari dominasi barat,” jelas dia. 


Padahal, pengobatan tradisional tercakup dalam unsur ilmu pengetahuan, yaitu kemampuan budaya suatu masyarakat dalam mengenali potensi,  baik sumber daya alam yang ada di wilayah geografis setempat maupun sumber daya manusia terkait kemampuan olah tubuh pada pihak yang sakit dan telah dikembangkan.


“Pengobatan tradisional terkait dalam salah satu dari tujuh unsur budaya yakni religi, kemasyarakatan dan kekerabatan, ilmu pengetahuan, bahasa, seni, mata pencarian dan ekonomi, serta teknologi,” ungkapnya. 


Ia melihat, kajian-kajian ilmu pengetahuan tentang lokallitas tersebut juga kian berkembang dunia akademis. Biasanya, hal ini ditemukan pada istilah etno seperti etno botani (pemahaman masyarakat suatu etnis tentang tanaman di wilayahnya) dan etno zoologi (pemahaman masyarakat etnis tentang hewan-hewan endemik).


Selain itu, lanjutnya,etno ekologi (pemahaman masyarakat etnis tentang lingkungan tempat tinggal) dan etno medicine (pemahaman masyarakat etnis tentang pengobatan dan teknik penyembuhan penyakit dalam komunitas).


Dunia Barat bahkan mulai melirik pengobatan tradisional dalam bentuk herbal, seperti terapi lintah dan semacamnya yang dilibatkan dalam tindakan medis resmi di institusi-institusi kesehatan.


“Sebab pemahaman antara knowledge (pengetahuan) dan science (ilmu) sebenarnya tidak dapat terpisahkan. Semua science medis modern yang ada sekarang juga awalnya berasal dari knowledge pengobatan tradisional yang telah dilakukan penelitian dan kajian tertentu sehingga diresmikan menjadi bagian dari science ilmu medis modern,” paparnya.


Pewarta: Nuriel Shiami Indiraphasa

Editor: Fathoni Ahmad