Nasional

Respons Dukun Sulap, Gus Ulil Nilai Pentingnya Edukasi Publik

Kam, 4 Agustus 2022 | 23:30 WIB

Respons Dukun Sulap, Gus Ulil Nilai Pentingnya Edukasi Publik

Ketua Lakpesdam PBNU Ulil Abshar Abdalla (Gus Ulil). (Foto: Istimewa)

Jakarta, NU Online 
Jagat maya tengah dihebohkan dengan fenomena seorang dukun yang menggunakan trik sulap dalam praktik pengobatan alternatifnya. Adalah Samsudin Jadab atau yang dikenal sebutan Gus Samsudin, seorang dukun asal Blitar, Jawa Timur yang triknya dibongkar oleh Pesulap Merah, Marcel Radhival.


Merespons itu, Ketua Lembaga Kajian dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (Lakpesdam PBNU) Ulil Abshar Abdalla menilai lembaga pendidikan memiliki tugas dan tanggung jawab untuk memberikan edukasi peran para tokoh masyarakat.


“Tiada lain melalui proses tau’iyah (penyadaran) atau edukasi publik,” kata tokoh yang akrab disapa Gus Ulil kepada NU Online, Kamis (4/8/2022).


Ia meyakini, pada dasarnya masyarakat Indonesia memiliki kemampuan berpikir kritis sebagai modal untuk menyaring segala bentuk informasi sebelum memvalidasinya.


“Masyarakat bisa memfilter berita yang viral. Tidak semua yang viral itu layak dipercayai. Kita harus percaya bahwa masyarakat memiliki kemampuan nalar kritis,” ujar menantu Mustasyar PBNU KH Mustofa Bisri (Gus Mus) itu.


“Kita harus menaruh kepercayaan dan husnudzan kepada publik. Masyarakat di era medsos ini bisa memfilter informasi. Saya percaya itu,” imbuh Gus Ulil.


Meski begitu, pemberian edukasi dalam bidang pengetahuan dan sains harus terus dilakukan. Hal ini perlu ditekankan mengingat pentingnya memanfaatkan pengetahuan sebagai upaya menciptakan kehidupan yang baik.


“Pentingnya pengetahuan sains modern untuk mengatasi masalah yang dihadapi,” kata tokoh kelahiran Pati, 11 Januari 1967 itu.


Faktor ekonomi
Banyak faktor penyebab masyarakat mempercayai dukun. Salah satunya faktor ekonomi. Gus Ulil berpendapat, faktor ekonomi yang rendah membuat masyarakat menjatuhkan pilihan kepada dukun sebagai alternatif yang dinilai terjangkau.


“Kaitannya dengan faktor ekonomi, kemiskinan atau tingkat ekonomi yang belum baik,” tutur suami Ienas Tsuroiya ini.


Kendati demikian, Gus Ulil mengatakan bahwa tidak semua pengobatan alternatif berbahaya. Pengobatan alternatif, lanjut dia, bisa dipercaya selama dapat dipertanggungjawabkan.


“Pengobatan alternatif tidak semuanya jelek, karena ada yang dikonfirmasi oleh kedokteran modern,” tandas Gus Ulil.


Kontributor: Nuriel Shiami Indiraphasa
Editor: Musthofa Asrori