Nasional

Beda Dukun dan Kiai Ahli Hikmah Menurut Gus Fahrur

Sen, 1 Agustus 2022 | 23:01 WIB

Beda Dukun dan Kiai Ahli Hikmah Menurut Gus Fahrur

Ketua PBNU, KH Ahmad Fahrur Rozi (Gus Fahrur). (ist)

Jakarta, NU Online

Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Bidang Keagamaan KH Ahmad Fahrur Rozi (Gus Fahrur) menyayangkan perbuatan seorang dukun bernama Samsudin dari Blitar, Jawa Timur, yang menggunakan trik sulap dalam praktiknya. 


Gus Fahrur kemudian mengingatkan masyarakat agar tidak mudah tertipu dengan penampilan seperti Samsudin yang kerap mengenakan jubah dan serban, layaknya seorang kiai. Ia pun mengajak masyarakat untuk bisa membedakan kiai dan dukun. 


Sebagian masyarakat memang ada yang menganggap Samsudin bak kiai ahli hikmah yang memiliki keilmuan menyembuhkan berbagai penyakit. Namun, Gus Fahrur memastikan bahwa yang dilakukan Samsudin itu sangat berbeda dengan sikap kiai ahli hikmah. 


"Kita percaya memang doa-doa itu sangat bermanfaat. Tapi kalau yang sifatnya konten-konten, pamer-pamer, itu jelas sulapan. Karena tidak mungkin kiai seperti itu. Kiai itu justru sembunyi. Kiai nggak mau mempertontonkan yang seperti itu, takut riya," ungkap Gus Fahrur kepada NU Online, Senin (1/8/2022) malam. 


Kabar yang beredar, Samsudin kerap meminta tarif pengobatan yang tidak sedikit kepada para pasiennya. Perilaku ini juga sangat kontras dengan kiai yang senang menyebarkan kebaikan dan menolong orang dengan ikhlas tanpa imbalan. 


"Itu (Samsudin) jelas (demi) konten lah. Orang nggak bisa ngaji pakai sorban, pakai jubah, itu kan jelas kontennya. Kita harus hati-hati," tegas Pengasuh Pesantren An-Nur 1 Bululawang, Malang, Jawa Timur itu.


"Kalau dia kiai, ngajar di pesantren, shalat 5 waktu, hajinya bagus, itu doanya manjur percaya kita, karena ibadahnya tertib. Tapi kalau orang itu nggak shalat, nggak ibadah, trus kerjanya cuma ngonten, jangan dipercaya," imbuhnya.


Berobat Secara Medis

Gus Fahrur berpesan agar masyarakat tidak mudah melabeli suatu penyakit dengan sebutan non-medis. Sebab semua penyakit itu urusan medis. Hanya saja, terkadang oleh para dukun, disebut sebagai penyakit non-medis. 


"Guru saya, Gus Maksum Lirboyo itu sangat menolak kalau dikit-dikit dibilang kena sihir. Itu Gus Maksum nggak percaya. Ada orang perutnya kembung dibilang kena santet, padahal orang liver juga perutnya juga kembung," katanya.


Begitu pula soal mengigau, misalnya. Menurut Gus Fahrur, orang mengigau atau meracau tidak karuan itu, tidak melulu diartikan secara mistik seperti terkena gangguan sihir. Tetapi mengigau juga bisa datang karena sakit tipes dan lambung. 


"Kalau beliau (Gus Maksum) mau ke pengobatan alternatif itu ya jamu atau dokter," katanya. 


Gus Fahrur menegaskan bahwa pengobatan alternatif boleh saja ditempuh, tetapi jangan sampai dijadikan sebagai opsi pertama. Sebab semua penyakit harus terlebih dulu dikonsultasikan secara medis ke dokter. 


Pewarta: Aru Lego Triono

Editor: Fathoni Ahmad