Nasional

Respons Virdika, Penulis ‘Menjerat Gus Dur’ atas Komentar ‘Sampah’ Fuad Bawazier

Sen, 13 Januari 2020 | 07:45 WIB

Respons Virdika, Penulis ‘Menjerat Gus Dur’ atas Komentar ‘Sampah’ Fuad Bawazier

Penulis buku 'Menjerat Gus Dur' Virdika Rizky Utama (kiri) saat diskusi dan bedah buku di Pesantren Luhur Ciganjur Jalan Warung Sila No 10 Ciganjur, Jagakarsa, Jakarta Selatan, Ahad (12/1) sore. (Foto: M Farobi Afandi)

Jakarta, NU Online
Buku 'Menjerat Gus Dur' karya Virdika Rizky Utama terus mendapat perhatian publik, terlebih bagi kalangan Nahdliyin. Sebab, buku terbitan Numedia Digital Indonesia itu berhasil mengungkap keterlibatan tokoh-tokoh penting dalam skenario penggulingan KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) dari kursi kepresidenan 19 tahun silam, tepatnya pada 23 Juli 2001.
 
Diskusi dan bedah buku yang digelar di Pesantren Luhur Ciganjur Jalan Warung Sila No 10 Ciganjur, Jagakarsa, Jakarta Selatan, Ahad (12/1) sore menjadi bukti bahwa buku tersebut mampu memantik rasa penasaran publik. Aula lantai dua gedung Yayasan KH A Wahid Hasyim itu pun penuh sesak. Diskusi sambil lesehan itu berakhir hingga adzan Maghrib menjelang.
 
Usai diskusi buku, NU Online berkesempatan meminta tanggapan soal bantahan salah satu tokoh yang disebut di buku, yakni Fuad Bawazier. Kepada CNN Indonesia, Fuad menyebut buku dan penulisnya merupakan sampah.
 
"Biarkan (buku) sampah dibaca sampah, barang sampah, penulisnya sampah. Bagi saya begitu saja karena tidak memenuhi kadar. Gak ada yang bisa memperkuat satu pun bahwa ada dokumen yang seperti itu," kata Fuad. 
 
Virdika justru menganggap aneh atas komentar Fuad. Menurutnya, dalam proses penulisan ia telah membuka ruang klarifikasi terhadap beberapa tokoh yang tersebut dalam buku.
 
“Saya anggap lucu aja. Ya nggak apa-apa sih. Kalau dia menyebut buku ini sampah, kan saya mewawancarai dia. Dia terlibat dalam buku ini. Dia juga sampah dong,” ujarnya seraya tertawa.
 
Selain itu, lanjut dia, Fuad juga bisa dikatakan menilai hal yang sama terhadap Akbar Tanjung, Amien Rais, dan tokoh lain yang diwawancarai dalam buku tersebut sebagai sampah. “Padahal dia ini sosok intelektual lho. Tapi komennya kok nyebut sampah,” sesalnya.
 
Menurut Virdika, diamnya pihak-pihak yang disebut dalam buku itu dinilainya memang sebuah kebenaran. “Ya memang benar. Mereka mau menolak apalagi. Ya kalaupun mereka menolak, setidaknya saya sudah memberi ruang klarifikasi di buku itu,” sergahnya.
 
Buku tersebut, kata sang penulis, menyebut sejumlah tokoh politik yang diduga berperan dalam skenario jahat melakukan kudeta kepada Gus Dur. Virdika menyatakan, buku itu ditulis melalui proses yang lumayan panjang dan berliku. Berawal dari ketidaksengajaan menemukan tumpukan kertas saat liputan. Rupanya, itu dokumen penting dan rahasia.
 
“Prosesnya benar-benar panjang. Saya juga riset dari koran-koran tahun kejadian untuk mengutip dan memastikannya lagi agar tidak ada yang salah,” tandas pria asal Maja Pandeglang ini.
 
“Awalnya iseng. Jadi, sekitar 2,5 tahun yang lalu, saya lagi liputan Setya Novanto di kantor DPP Golkar. Lalu, saya lihat ada petugas kebersihan lagi beres-beres dokumen. Terus saya lihat dan saya minta. Ternyata dikasih,” ujar mantan jurnalis Gatra ini.
 
Setelah diizinkan untuk membawa dokumen tersebut, Virdika kemudian melakukan penelitian, uji pustaka, dan uji narasumber untuk memvalidasi data yang terdapat dalam dokumen itu.
 
Selain pengasuh dan para santri Ciganjur, hadir dalam diskusi dan bedah buku, para mahasiswa dan aktivis Gusdurian dari berbagai wilayah di Jabodetabek, antara lain Ciputat Tangsel, Bogor, Bekasi, Jakarta Utara, Jakarta Timur, dan Cipondoh Tangerang. Mereka antusias hingga tuntasnya diskusi. Acara dilanjutkan jamaah Maghrib dan makan bareng ala pondok di Asrama Pesantren Ciganjur.
 
Pewarta: Musthofa Asrori
Editor: Zunus Muhammad