Nasional

Sambut Hari Puisi Indonesia, Toleransi dalam Syair Didiskusikan di TIM

NU Online  ·  Rabu, 25 Juli 2018 | 11:00 WIB

Sambut Hari Puisi Indonesia, Toleransi dalam Syair Didiskusikan di TIM

(Foto: evenesis.com)

Jakarta, NU Online
Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat Universitas Indonesia, Yayasan Hari Puisi, dan Pusat Dokumentasi Sastra HB Jassin akan menggelar seminar nasional perihal toleransi dalam syair di PDS HB Jassin, Kamis (26/7) siang.

Forum ini diadakan dalam rangka syukuran menyambut Hari Puisi Indonesia, 26 Juli dan persiapan perayaan ke-6 Hari Puisi Indonesia, 17-19 Oktober 2018. Forum ini juga akan diisi oleh pembacaan puisi oleh sejumlah penyair.

Sejumlah pembicara yang dijadwalkan hadir adalah Maman S Mahayana, Bastian Zulyeno, Ade Solihat, dan Suranta. Forum ini akan dipandu oleh Sofyan RH Zahid. Forum ini terbuka untuk umum tanpa pungutan biaya.

Tema toleransi dalam karya sastra ini diangkat di tengah kampanye pelbagai elemen bangsa mulai dari pemerintah, ormas, dan komunitas-komunitas kecil perihal toleransi, kebinekaan, dan antiujaran kebencian.

Forum bertajuk “Syair Kampung Gelam Terbakar: Representasi Toleransi Masyarakat Melayu” diharapkan dapat memantik kesadaran kesejarahan dan sekaligus mengembalikan ingatan kolektif masyarakat bahwa sudah sejak lama penduduk di kawasan Nusantara memiliki semangat yang sama perihal toleransi, merayakan kebinekaan, dan menolak ujaran kebencian.

Produk budaya yang merepresentasikan semangat itu dapat dijumpai dalam berbagai karya sastra, khususnya puisi.

Dalam Syair Kampung Gelam Terbakar karya Abdullah bin Abdul Kadir Munsyi yang ditulis tahun 1847 tampak jelas bahwa persoalan gotong royong, toleransi, menghormati perbedaan, dan menolak kosakata kasar yang menyulut kebencian, sudah menjadi sikap budaya dalam kehidupan masyarakat di Nusantara sejak dahulu kala.

sebagaimana diketahui, Hari Puisi Indonesia diperingati setiap 26 Juli yang diambil dari tanggal lahir penyair ternama Indonesia Chairil Anwar. (Red Alhafiz K)