Nasional

Sejumlah Penelitian tentang Pengungsi Rohingya di AICIS 2024

Kam, 1 Februari 2024 | 16:00 WIB

Sejumlah Penelitian tentang Pengungsi Rohingya di AICIS 2024

AICIS 2024 di UIN Walisongo Semarang, Jawa Tengah. (Foto: NU Online/Jeje)

Semarang, NU Online

Annual International Conference on Islamic Studies (AICIS) ke-23 tahun 2024 akan membahas sejumlah persoalan kontemporer, termasuk problem pengungsi Rohingya. Belakangan, gelombang pengungsi Rohingya berdatangan di Provinsi Aceh.


Ketua Steering Committee (SC) AICIS 2024, Mukhsin Jamil, menyatakan bahwa dinamika agama dan identitas etnis dalam konflik di Asia Tenggara, terutama krisis Rohingya di Myanmar dan penerimaannya di Aceh masih menjadi lanskap sosio-politik yang kompleks dan dilematis.


"Isu Rohingya secara langsung bersinggungan dengan hukum internasional dan maqasidus syariah," kata Mukhsin, Rabu (31/1/2024).


Ia mengatakan, implikasi hukum internasional terhadap pengungsi Rohingya menunjukkan adanya tantangan yang tak mudah dalam menciptakan keadilan dan perlindungan hak asasi manusia dalam skala global.


Isu Rohingya sendiri, sambung dia, telah dikupas oleh para peneliti melalui sejumlah riset. Riset beberapa peneliti tersebut menyoroti berbagai aspek terkait kebijakan pemerintah terhadap pengungsi Rohingya.


Almirah Meida Risfina, misalnya. Dalam risetnya tentang Government Policy for Handling Rohingya Refugees, Almirah menekankan pentingnya keseimbangan antara hukum dan etika berdasarkan teori Maslahah Mursalah Asy Syatibi.

 

"Disebutkan bahwa kebijakan pemerintah terhadap pengungsi Rohingya, berdasarkan teori Maslahah Mursalah Asy Syatibi, mengharuskan adanya keseimbangan antara hukum dan etika," tutur Mukhsin.


Kemudian, peneliti lain yakni Maftuh dalam Harmonization of Maqashid Sharia and International Law, menyoroti kompleksitas perspektif Islam terhadap suaka politik yang semakin memperumit permasalahan pengungsi Rohingya di Aceh, mengingat prinsip keadilan dan perlindungan hak asasi manusia dalam Islam.


Selain itu, Mulizar dalam Dinamika Eksistensi Etnis Rohingya di Negeri Syariat Aceh menggambarkan dinamika ulama dan umara dalam membentuk keberadaan etnis Rohingya berdasarkan pertimbangan etis dan kepentingan masyarakat.


Sementara itu, Hapid Durohman dalam Analysis of Pros and Cons Regarding the Arrival of Rohingya Refugees menganalisis implikasi agama, kemanusiaan, dan sosio-ekonomi dalam identitas dan kewarganegaraan pengungsi Rohingya. 


"Refleksi komunitas Muslim Aceh terhadap kedatangan pengungsi Rohingya melampaui batas-batas lintas budaya dan bahasa; ia berkaitan dengan solidaritas dan respons komunal," kata Mukhsin.


Tak berhenti di situ, Yudi Hamsah dalam penelitiannya Conflict between Human Rights and Social Stability mengungkap kompleksitas krisis Rohingya dari sudut pandang etika dan keamanan.


Mukhsin menjelaskan, studi-studi tersebut menyoroti tantangan yang dihadapi dalam menciptakan keadilan dan perlindungan hak asasi manusia dalam skala global terkait implikasi hukum internasional terhadap pengungsi Rohingya.


"Melalui analisis yang komprehensif, studi-studi ini berkontribusi untuk memahami berbagai dimensi krisis pengungsi Rohingya dan implikasinya terhadap upaya kemanusiaan global dalam lanskap sosial-politik-agama," pungkasnya


Sebagai informasi, AICIS 2024 mengusung tema Redefining Religion's Roles in Addressing Human Crisis: Encountering Peace, Justice, and Human Rights atau Mendefinisikan Kembali Peran Agama dalam Krisis Kemanusiaan. Konferensi ini akan berlangsung di UIN Walisongo, Semarang, Jawa Tengah, pada 1-4 Februari 2024.


AICIS tahun ini memiliki 25 sesi panel yang disediakan untuk mendiskusikan isu-isu yang menjadi sub tema.


AICIS 2024 juga akan diperkuat dengan adanya side event Religious Leaders Summit. Forum ini akan menghadirkan 14 tokoh agama dari berbagai negara di Asia Tenggara. Adapun yang terkonfirmasi hadir, adalah sebagai berikut:

 
  1. KH Yahya Cholil Staquf (Indonesia)
  2. Pimpinan PP Muhammadiyah (Indonesia)
  3. Prof Philip Kuntjoro Widjaja (Indonesia)
  4. Mayor Jenderal TNI (Purn) Wisnu Bawa Tenaya, S.I.P (Indonesia)
  5. Venerable Dr Vanh Keobundit (Laos)
  6. Venerable Dr Yon Seng Yeath (Cambodia)
  7. Mr Bounthavy Phonethasin (Laos)
  8. YB Datuk Dr Hasan bin Bahrom (Malaysia)
  9. Phra Dr Anilman Dhammasakiyo (Thailand)
  10. Pdt Gomar Gultom (Indonesia)
  11. Romo Hery Wibowo (Indonesia)
  12. Ws Andi Gunawan, ST (Indonesia)
  13. Dr A Ciga J Sarapung (Indonesia)
  14. Bishop Pablo Virgilio Siongco David (Philippines)