Nasional

Siapa yang Terpilih sebagai Presiden, Wajib Didukung

NU Online  ·  Senin, 29 April 2019 | 13:45 WIB

Siapa yang Terpilih sebagai Presiden, Wajib Didukung

KH Abdullah Kafabihi Mahrus pada Konfercab II PCNU Kubu Raya, Kalbar.

Kubu Raya, NU Online
Saat hadir pada pembukaan Konferensi Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Kubu Raya, Kalimantan Barat, KH Abdullah Kafabihi Mahrus mengemukakan latar belakang berdirinya NU. Rais Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) tersebut juga mengajak jamaah taat kepada pemimpin, termasuk presiden terpilih. 

KH Abdullah Fakabihi Mahrus menyampaikan bahwa latar belakang Nahdlatul Ulama didirikan dan lahir di pondok pesantren atas dorongan KH Abdullah Wahab Chasbullah melalui Nahdlatut Tujjar dan berubah menjadi NU. 

“NU didirikan dengan tujuan menguatkan akidah Ahlussunnah wal Jamaah. Begitu juga, jauh sebelum NU berdiri pernah diperjuangkan oleh para Walisongo,” katanya, Ahad (28/4) malam. 

Indonesia pernah dijajah selama kurang lebih 350 tahun. “Sehingga perlu diperjuangkan para kiai dan santri. Dan sebelum NU didirikan 1926 jauh lebih dahulu dari kemerdekaan Indonesi 1945, di mana peran dan jasa pejuang ulama sangat berjasa untuk kemerdekaan Indonesia,” kata pengasuh Pondok Pesantren Lirboyo, Kediri, Jawa Timur tersebut. 

Dalam pandangan Kiai Kafabihi, berkhidmah di NU menjadi thariqah yang pahalanya lebih besar dibandingkan berzikir,” jelasnya.

Para pejuang yang berjuang merebut kemerdekaan hanya berbekal senjata yang sangat sederhana yakni bambu runcing melawan sekutu yang persenjataannya modern. “Melalui Resolusi Jihad Hadratussyaikh Muhammad Hasyim Asyari bersama santri memperjuangkan kemerdekaan Indonesia,” tegasnya.

NU melalui Komisi Hijaz lewat utusan KH Abdul Wahab Chasbullah meminta agar makam Rasulullah SAW tidak dipindahkan oleh kerajaan Saudi Arabia yang dipimpin Wahabi. “Inilah jasa terbesar perjuangan ulama NU di Indonesia hingga kini bisa pergi haji dan dapat menunaikan ibadah haji dan berziarah ke makam Rasulullah,” tuturnya. 

Terkait kondisi saat ini, Kiai Kafabihi menjelaskan kemunculan gerakan garis keras. “Mereka menginginkan negera agar dibenturkan kelompok yang ingin mengubah sistem tatanan negara dengan khilafah yang sangat bertentangan di Indonesia. Dan kelompok radikalisme menjadi ancaman keutuhan negeri ini contohnya Hizbut Tahrir Indonesia atau HTI,” jelasnya. 

Kiai Kafabihi juga mengajak warga taat kepada pemimpin, termasuk pejabat negara. “Siapapun yang menang menjadi presiden atau pemimpin, maka kita nurut dan manut. Begitupun sebaliknya, jika pilihan kalah maka kita dapat menerima dengan legowo,” tandasnya. 

Acara dilanjut doa bersama yang dipimpin Kiai Kafabihi. Pada kesempatan tersebut juga diijazahkan amalan doa dan shalawat kepada jamaah.  

Di ujung kegiatan, tamu undangan, wali santri, beserta jamaah bersalaman atau sungkem. (Ulil Abshor/Ibnu Nawawi)