Nasional

Solusi Persoalan Sampah, LPBINU Luncurkan Produk Ramah Lingkungan

Kam, 25 Februari 2021 | 11:00 WIB

Solusi Persoalan Sampah, LPBINU Luncurkan Produk Ramah Lingkungan

Peluncuran produk-produk ramah lingkungan LPBINU di Lantai 8 Gedung PBNU, Jalan Kramat Raya 164, Jakarta Pusat, pada Kamis (25/2). (Foto: NU Online/Suwitno)

Jakarta, NU Online
Lembaga Penanggulangan Bencana dan Perubahan Iklim Nahdlatul Ulama (LPBINU), melalui Bank Sampah Nusantara (BSN) meluncurkan beberapa produk ramah lingkungan, di Lantai 8 Gedung PBNU, Jalan Kramat Raya 164, Jakarta Pusat, pada Kamis (25/2).

 

Acara peluncuran ini dilaksanakan atas kerja sama dengan Kementerian Ketenagakerjaan (Kemnaker) RI dalam program padat karya dan kewirausahaan baru, sekaligus bertujuan untuk membantu pemerintah dalam menangani krisis sampah di dalam negeri.

 

Selain itu, kegiatan ini digelar sebagai peringatan Hari Peduli Sampah Nasional (HPSN) 2021 yang jatuh pada setiap 21 Februari. Tahun ini, peringatan HPSN mengangkat tema Sampah Bahan Baku Ekonomi di Masa Pandemi.

 

Ia mengatakan bahwa persoalan sampah hingga kini masih menjadi problem sangat pelik dan sulit dikendalikan karena timbunan sampah yang masih sangat banyak. Karena itu, peluncuran produk ramah lingkungan yang dilakukan oleh BSN LPBINU sangat tepat untuk membantu mengurangi jumlah sampah di Indonesia. 

 

Ali kemudian mengutip data tahun 2019 yang dikeluarkan oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) bahwa terdapat 67,8 ton sampah per tahun. Angka tersebut cukup besar mengingat jumlah penduduk Indonesia yang juga sangat banyak.

 

"Tapi saya kira bukan menjadi alasan jumlah penduduk yang kemudian harus disamakan dengan jumlah sampah, karena ini terkait dengan pola pikir dan perilaku. Kalau dalam istilah hari ini adalah bagaimana menciptakan pola hidup yang berkelanjutan (sustainable living)," katanya.

 

"Jadi kalau kita makan dan memakai sesuatu harus punya hitungan apa yang akan ditimbulkan atau diakibatkan dari apa yang kita pakai dan makan. Karena memang menjadi komitmen global dalam kaitan dengan pembangunan berkelanjutan (sustainable development)," lanjut Ali.

 

Lebih lanjut dituturkan bahwa pemerintah Indonesia memiliki target pengurangan sampah 30 persen secara umum dan pengurangan 70 persen sampah plastik pada 2025. Menurut Ali, target pemerintah seperti itu sangat ambisius. 

 

"Target pengurangan sampah itu cukup fantastis dan ambisius tapi kita harus dukung karena ini (pengurangan sampah) merupakan niat yang sangat baik," tegas Ali.

 

Sementara itu, Direktur BSN LPBINU Fitria Aryani mengatakan bahwa momentum peluncuran tersebut sangat ditunggu-tunggu karena merupakan cita-cita besar untuk bisa menciptakan satu produk yang ramah lingkungan.

 

"Karena mungkin selama ini kita hanya bermain di lintingan koran, transaksi sampah, dan sebagainya. Tapi kemudian ada satu program yang diberikan Kemnaker kepada sembilan kelompok di delapan kabupaten/kota yang alhamdulillah bisa menghasilkan produk-produk ramah lingkungan yang diluncurkan hari ini," katanya.


Selama ini, LPBINU merasa resah dengan beberapa produk seperti pembalut yang dipakai perempuan pada setiap datang bulan atau menstruasi. Pembalut merupakan sampah yang tidak bisa didaur ulang. 


"Kita sama-sama tahu bahwa pembalut memberikan dampak banjir karena pendangkalan sungai. Sayangnya memang pembalut merupakan sampah yang tidak bisa didaur ulang. Inilah yang sebenarnya menggerakkan BSN LPBINU kenapa akhirnya kita membuat satu produk yang salah satunya adalah pembalut ramah lingkungan,” tutur Fitria.


Ia kemudian berharap agar produk ramah lingkungan yang diluncurkan BSN LPBINU dapat diterima di semua kalangan masyarakat. Proses pembuatannya dilakukan sejak Desember 2020 dan akhirnya tercapai pada Februari 2021. 


"Kami berterima kasih kepada sembilan kelompok di delapan kabupaten/kota yang sejak Desember hingga kini bekerja keras siang dan malam untuk membantu membuat produk ramah lingkungan dan hari ini akhirnya cita-citanya tercapai," jelasnya.


Fitria meyakinkan bahwa BSN LPBINU juga sudah berusaha untuk memilih bahan dalam proses pembuatan produk itu dipastikan berasal dari bahan yang benar-benar ramah lingkungan. Karena itu, ia berharap agar dapat memberikan manfaat besar bagi Indonesia yang sedang krisis sampah.


"Semoga ikhtiar yang dilakukan oleh BSN LPBINU ini pada hari ini itu bisa memberikan manfaat sangat besar bagi negara kita yang sedang mengalami krisis sampah," harapnya.


Untuk diketahui, pembuatan produk ramah lingkungan ini merupakan turunan dari program padat karya dan pembentukan kelompok usaha baru Kemnaker. Program ini dilaksanakan oleh cabang BSN LPBINU dari 8 kabupaten/kota dan ada sembilan kelompok. Di antaranya adalah Cilacap, Bandung Barat, Kebumen, Surabaya, Lumajang, Ponorogo, Situbondo, Sumedang, dan Jakarta Pusat.

 

Selain itu, produk yang dihasilkan memang bertujuan untuk mengurangi sampah perempuan yang tidak bisa didaur ulang. Antara lain adalah pembalut kain, kapas kain, dan konjac sponge. Kemudian, diproduksi juga berbagai produk kebutuhan rumah tangga seperti sabun lerak, sabun luffa dari gambas atau oyong, sedotan kaca, dompet masker, masker kain, dan hand sanitizer.

 

Dalam acara ini, dilakukan pemutaran video permasalahan sampah di Indonesia dan testimoni dari kelompok penerima program yang dilakukan atas kerja sama LPBINU dengan Kemnaker. Hadir Ketua PBNU H Juri Ardiantoro, Staf Khusus Menaker Titik Masudah, serta Kasi Daur Ulang Dirjen Pengelolaan Sampah, Limbah, Bahan Berbahaya, dan Beracun (PSLB3) Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) Tyasning Permanasari.

 

Pewarta: Aru Lego Triono
Editor: Kendi Setiawan